Dahulu kala, tersiar kisah seorang lelaki jawara bernama Kundua Gadang. Dia dan isterinya tinggal di pantai Pariaman. Tubuhnya tinggi besar. Wajahnya sangar dan bengis. Kulitnya hitam legam. Telinganya lebar dan tebal, batang hidungnya bengkok di tengah melebar ke ujung. Pandangan matanya tajam. Siapa yang tidak mau mengikuti kemauannya, tak segan-segan dia melibas.
Suatu sore yang amat cerah, Kundua Gadang berdiri di tepi pantai sambil menikmati indahnya pemandangan laut. Sebentar-sebentar ia memperhatikan  bayang-bayang dirinya yang panjang berdiri tegak dari Barat ke Timur.
Tak lama kemudian, Kundua Gadang menghadap ke laut lepas sambil berseru, "Hai.... orang-orang di seberang lautan...! Siapa di antara kalian yang berani menantang saya? Datanglah kesini....!" Suaranya menggelegar.
Bagaikan badai dan topan, datanglah segerombolan jagoan dari seberang lautan, menuju pantai di mana Kundua Gadang berdiri.
Lima puluh meter sebelum mencapai bibir pantai, rombongan itu berhenti. Perahunya terombang-ambing di tengah lautan. Melihat situasi demikian, Kundua Gadang kembali berseru, "Kenapa kalian tidak berani maju, pengecut...? Apa kalian takut mati?" Suaranya garang bagai petir di sore bolong.
Mendengar seruan Kundua Gadang, seluruh anggota pasukan menghimpun kekuatan dan berpadu dalam satu keyakinan. Sejurus kemudian, terdengar aba-aba, dari komandan, Â "Serbuuu!"
Kompak mereka merengkuh dayungnya. Terus meluncur dengan keyakinan akan memenangkan pertarungan.
Kundua Gadang pun menyiapkan kekuatan serta tenaga luar dan dalam.
Pihak lawan kian mendekat.
Kundua Gadang berdiri tegap dan berkecak pinggang. Dadanya membusung menghadap ke laut. "Kalau kalian berani...., ayo... maju...!" Â Kedua tangannya mengibas-ngibas dan menggamit pasukan lawan.
Yang diseru tidak gentar. Perahunya meluncur kencang. Kira-kira dua puluh meter dari bibibr pantai, komandan pasukan berseru, "Serbuuu.....!"