Mohon tunggu...
Nur Sholihah
Nur Sholihah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru Matematika UAD

Mathematics and education enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Alternatif Pembelajaran Matematika Berbasis Budaya di Yogyakarta

20 Mei 2022   10:31 Diperbarui: 20 Mei 2022   11:13 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Keberagaman budaya yang dimiliki Indonesia merupakan sebuah kekayaan yang seharusnya kita lestarikan. Dalam era globalisasi ini sangat terlihat kurangnya minat generasi penerus untuk belajar dan mewarisi kebudayaan yang kita miliki. 

Kebudayaan lokal kini mulai luntur dikarenakan masyarakat Indonesia terlihat lebih memilih kebudayaan asing yang mereka anggap lebih menarik (Nahak, 2019). Budaya yang lebih tinggi peminatnya ini akan mempengaruhi budaya yang lebih rendah dan pasif melalui kontak budaya (Malinowski dalam Mulyana, 2005).  

Hal tersebut sangat sesuai dengan apa yang terjadi di Indonesia saat ini yaitu modernisasi yang menggeser nilai-nilai budaya lokal, sehingga kita sebagai generasi penerus bangsa harus turut menjaga dan melestarikan budaya bangsa agar tidak terkikis oleh derasnya arus globalisasi. Salah satu bentuk pelestarian budaya bangsa adalah dengan mengenalkan budaya itu sendiri kepada generasi-generasi muda yang kelak akan turut mengenalkan budaya ke generasi selanjutnya. 

Memang bukan hal mudah untuk mengenalkan budaya kepada generasi muda terutama remaja diera globalisasi ini. 

Selain mereka lebih tertarik dengan budaya barat, mereka juga menganggap budaya yang kita miliki adalah sesuatu yang kuno. Oleh karena itu perlu dipikirkan upaya cerdas untuk mengenalkan budaya bangsa kepada anak remaja.

Sekolah atau pendidikan merupakan sarana yang dirasa tepat dalam upaya pengenalan budaya kepada anak remaja. Badan Pusat Statistik pada tahun 2019 menyatakan persentase anak remaja di Indonesia belajar hingga jenjang SMA/sederajat mencapai 88,88% untuk masyarakat perkotaan dan 77,72% untuk masyarakat pedesaan. 

Data tersebut memperlihatkan bahwa mayoritas remaja di Indonesia mengenyam pendidikan di sekolah, sehingga pendidikan dapat dijadikan salah satu sarana dalam upaya pelestarian budaya. 

Selain itu, pada dasarnya sekolah merupakan tempat kebudayaan karena proses belajar merupakan proses pembudayaan yakni untuk pencapaian akademik siswa, untuk membudayakan sikap, pengetahuan, keterampilan dan tradisi yang ada dalam suatu komunitas budaya (Budiarto, 2016).

Pembelajaran berbasis budaya merupakan salah satu model pembelajaran di mana kegiatan siswa disertai dengan objek budaya atau berlatar belakang budaya dan diintegrasikan dalam suatu mata pelajaran. 

Hal ini tentunya akan mempermudah siswa, baik dalam memahami pembelajaran maupun dalam mengenal budaya. Selain itu, menurut Sendjaja (1994) untuk mendukung  kelestarian budaya dan ikut menjaga budaya lokal bagi generasi muda dapat dilakukan dengan culture experience, yaitu dengan cara terjun langsung ke dalam sebuah pengalaman kultural. 

Dalam pembelajaran matematika, metode pembelajaran berbasis budaya seperti ini dikenal dengan sebutan etnomatematika. Etnomatematika ini dipercaya dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dan kemampuan penalaran matematika siswa (Gravemeijer, 2004; Widada et al., 2018), sehingga pembelajaran dengan menerapkan etnomatematika ini dirasa merupakan alternatif yang tepat untuk masalah pengenalan budaya kepada generasi muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun