Mohon tunggu...
Nursepta Saragih
Nursepta Saragih Mohon Tunggu... Freelancer - Hidupilah hidupmu!

Menjadi seorang ibu yang baik untuk mempersiapkan kemandirian anak-anakku

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Menyelaraskan Cara Pandang dan Aksi

19 November 2016   08:01 Diperbarui: 19 November 2016   09:10 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sejahtera adalah idaman dan harapan setiap keluarga. Tapi kenyataannya tidak semua dapat meraih kesejahteraan tersebut. Menurut saya cara pandang (mindset) dan tindakan adalah dua hal yang harus berjalan beriringan untuk mencapainya.

Bicara tentang keluarga sejahtera, saya jadi ingat dengan program pemerintah yang lalu. Mencanangkan keluarga berencana, dengan motto dua anak cukup. Adapun tujuannya agar menciptakan keluarga rakyat Indonesia sejahtera dan bahagia.

Saya termasuk yang mendukung program pemerintah tersebut. Tetapi kenyataannya beda. Tuhan ternyata memberikan bonus diluar dugaan kami. Anak kedua kami kembar. Jadi sekarang kami punya anak tiga. Artinya sekarang mottonya berubah, tiga anak cukup bukan dua anak cukup hehe...... Walaupun demikian kami bahagia bisa memiliki anak kembar.

Sekarang tugas kami, bagaimana merawat mereka. Memberikan pendidikan yang terbaik untuk menyiapkan masa depan mereka. Serta membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera.

Kesejahteraan keluarga sebenarnya bukan semata menyangkut masalah finansial. Kesejahteraan itu juga menyangkut aspek hubungan sosial, kesehatan fisik, kualitas mental, kondisi rohani dan tentu kemapanan ekonomi.Tentu satu dengan yang laknnya tidak dapat dipisahkan, atau setali tiga uang. Namun kali ini saya membahas dari aspek finansialnya.

Sebagai seorang istri, saya pun berperan untuk mendukung suami dalam mengelola keuangan keluarga. Kami berdiskusi tentang pengalokasian keuangan keluarga. Penghasilan yang tidak berlebih setidaknya harus disikapi dengan kemampuan yang lebih, kalau tidak, bisa devisit deh keuangan.

Bersyukur suami dan saya sejalan dalam menentukan mana kebutuhan dan keinginan. Dan dengan tegas pula kami bersikap mana yang harus diprioritaskan. Disamping itu kami bisa mengutamakan untuk dana masa depan serta proteksi melalui asuransi.

Membayar rutin dua polis asuransi setiap bulannya, bukan berarti kami memiliki uang yang berlebih. Tapi kami tahu masa depan itu perlu disiapkan dengan bijak, sebab tidak seorang pun tahu apa yang terjadi di depan. Inilah yang saya maksudkan dalam tulisan saya di awal, bahwa untuk mencapai kesejahteraan butuh cara pandang (mindset) dan tindakan yang harus berjalan beriringan.

Bagi pembaca yang sudah sadar berasuransi, salut deh untuk keputusan dan pilihannya yang bijak dan cerdas. Mari lanjutkan dan pertahankan hal-rhal yang positif dan baik tersebut. Tapi bagi yang belum, disarankan untuk membuat asuransi sesuai kebutuhan. Toh tidak ada ruginya. Asuransi itu ibarat payung. Suatu saat kita akan butuh, baik disaat panas terik dan musim hujan.

Dalam kehidupan, kita tahu bahwa panas terik dan musim hujan itu pun bisa menerpa. Mungkin panas terik dan musim hujan itu bentuknya kesulitan keuangan, bangkrut, sakit, tidak produktif lagi karena menua, bahkan ada yang dipanggil Tuhan dan harus meninggalkan keluarga yang dicintai. Untuk itulah "payung" (asuransi) dibutuhkan dan sangat berharga. Yang terpenting, pilihlah asuransi yang sesuai dengan kebutuhan Anda.

Berbicara tentang asuransi, banyak asuransi yang bisa dijadikan sebagai pilihan, untuk itu pahami tentang lembaga asuransi tersebut beserta produk yang ditawarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun