Mohon tunggu...
Nur Sehang Thamrin
Nur Sehang Thamrin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Untad

Sedang berbagi informasi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sumber Pengetahuan CPR

24 Januari 2021   20:12 Diperbarui: 24 Januari 2021   20:16 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ilmu filsafat adalah ilmu olah pikir. Filsafat adalah wadahnya pikiran, karena filsafat adalah oleh pikir, sedangkan pikiran bersifat simpomatik sintetik-analitik; artinya, pikiran secara simtomatik merepresentasikan filsafat terisolasi oleh ruang dan waktunya (Marsigit;2014). Ilmu filsafat dapat menjelaskan bagaimana pengetahuan didapatkan. Dalam buku The Critique of Pure Reason, (CPR) Immanuel Kant (1781) membahas secara rinci bagiamana manusia berpikir. Kant mengeluarkan istilah "metafisika" menjadi suatu ilmu yang mengatur pemikiran manusia.

Aliran pemahaman rasionalisme berpendapat bahwa pengetahuan datang hanya melalui penemuan akal. Tokoh yang memperkenalkan aliran rasionalisme adalah Rene Descrates pada abad ke 17.  Aliran ini berpendapat bahwa ide-ide dan pemikiran merupakan esensi dari pengetahuan. Mereka mengganggap bahwa pengetahuan terbangun hanya dengan pengetahuan awal yang disebut apriori. Bagi pemikir rasionalis, pemahaman logika dan matematika merupakan kebenaran universal, yaitu 1 + 1 harus sama dengan 2. Manusia memiliki otak sebagai wadah untuk berpikir, sehingga apapun pengetahuan dari hasil berpikir adalah benar. Kebenaran hanya didapatkan melalui pemikiran atau logika. Paham rasionalis beraggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio.

Menurut Kant pengetahuan berhubungan dengan benda-benda yang menjadi sarana bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan secara tiba-tiba yang disebut intuisi. Intuisi bisa terjadi bila manusia diberikan benda sebagai objek yang dapat mempengaruhi pikiran. Intuisi merupakan pengetahuan naluri atau pengetahuan langsung melalui konseptual. Sehingga objek tersebut dikatakan memiliki sifat sensibilitas karena dapat mempengaruhi pemikiran manusia. 

Dapat disimpulkan bahwa sensibilitas adalah sarana untuk mendapatkan intuisi yang mana bersifat reseptif, sehingga intuisi mentransfer ke pikiran. Sebagai contoh; A tidak akan dapat menjelaskan tentang sesuatu objek, seperti  "nama kucing temannya", bila objek tersebut belum ada dalam pikiranya. 

Akan tetapi bila temanya memberikan informasi tentang nama kucing tersebut, maka A akan dapat menyebutkan tentang "nama kucing" tersebut. Maka melalui pemahaman dalam berpikir, sesorang memiliki konsep tentang objek yang dimaksud. Cara mendapatkan pengetahuan tersebut dikatakan apriori yaitu pengetahuan yang didapatkan dari informasi secara umum tanpa efek pengamatan. Priori merupakan pengetahuan yang tidak tergantung pengalaman, akan tetapi dari apa yang sebelumnya. Pengetahuan apriori merupakan pengetahuan yg ada sebelum persepsi aktual yang disebut juga intuisi murni.

Paham empirisme berpendapat bahwa proses pengamatan merupakan suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan yang akura. Aliran pemahamn empirisme berpendapat bahwa dunia dan materinya merupakan alat yang digunakan oleh manusia dalam menggungkap kebenaran suatu pengetahuan. Tokoh filsafat yang paling terkenal pada aliran empirisme adalah David Hume. Aliran ini dikenal dengan alirana apposteriori dimana hasil pemikiran berasalan dari pengalaman yang disebut dengan persepsi. Dunia diartikan berbeda dengan aliran resionalime yaitu A A, sehingga orang orang akan mendapatkan suatu kebaruan dalam ilmu pengetahuan. Suatu kebenaran ilmu pengetahuan berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan melalui panca indera. 

Paham empirisme akan meggakui suatu kebenaran bila memiliki pengalaman misalnya dengan melihat atau merabah objek tersebut. Artinya kebenarannya hanya dapat ditentukan melalui acuan bukti empiris. Dapat disimpulkan bahwa aposteriori merupan pengetahuan yang tergantung bukti empiris. Pemahaman merupakan fakultas mental yang berfungsi untuk melakukan konseptualisasi intuisi-intuisi yang diberikan oleh sensibilitas (Kant;1781)

Dapat disimpulkan bahwa tidak ada manusia yang lebih baik dari manusia yang lainnya karena manusia mendapatkan pengetahuan dengan dua cara yaitu dengan intuisi murni/apriori dan intuisi empiris/apoteriori. Disamping itu, melalui objek manusia bisa menciptakan representasi secara spontan yang disebut pemahaman. Menurut Kant kemampuan indera dapat menampilakan objek pada manusia dan selanjutnya pemahaman manusia terjadi karena ada objek yang dipikirkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengamatan terhadap benda akan mempengaruhi pemahaman seseorang. 

Oleh karenanya Marsigit (2007) memberikan argumentasi tentang pengetahuan tertentu yaitu didasarkan  pada penilaian yang sythetical dan diperoleh secara independen dari semua pengalaman. Akan tetapi bila suatu objek belum ditentukan melalui intuisi empiris disebut fenomena. Menurut Kant bahwa objek yang bisa ditangkap dan diaktualisasikan disebut fenomena karena objek tersebut ada melalui pengideraan sehingga dapat disentuh dan dioraganisasi dalam pikiran manusia yang disebut dengan materi. Oleh karenanya, manusia mungkin memiliki persepsi yang subjektif terhadap objek tersebut. Jadi masing-masing manusia memiliki transedental yang berbeda-beda.  Sehingga (Marsigit;2020) menginterpretasikan pemikiran Kant bahwa manusia harus menyakini bahwa kebaikan tertinggi adalah beribadah melalui kuasa Tuhan.

Sehubungan dengan istilah fenomena, Marsigit (2007) menjelaskan tentang konsep Kant bahwa ruang dan waktu merupakan objektif terhadap segala sesuatu dalam pengalaman, sehingga ruang dan waktu nyata secara empiris. Ruang merupakan objek sedangkan manusia ditempatkan sebagai subjek terhadap objek tersebut. Misalnya bila sepatu adalah ruang maka kita berbicara tentang ukuran dan model.  Fonemona yang dialami manusia selalu berkaitan dengan materi dan forma. Menurut Kant terdapat dua unsur penampakan objek yaitu unsur materia dan unsur bentuk/forma. Maka "sepatu"adalah materi dan "ukuran dan model"adalah forma.

Setelah membaca pemikiran Kant, saya berkesimpulan apabila kebenaran dibangun berdasarkan logika dan pengalaman, maka akan jarang kita temukan seseorang memaksakan pengetahuan/pemikirannya kepada orang lain. Implikasi dari pemikiran Kant pada dunia pendidikan menurut saya adalah bagaimana kita menemukan suatu pengetahuan berdasarkan data-data emperis dan membuktikannya dengan melakukan penelitian secara sistematis untuk mendapatkan kebenaran yang sebenar-benarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun