Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Konsultan Partikelir

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Belajar Memahami ala Jenderal Nagabonar

8 Maret 2021   02:08 Diperbarui: 8 Maret 2021   21:58 1726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jenderal Nagabonar dalam film "Nagabonar" (1987)/Foto: Prasidi Tata Film via akuaktor.com

Di balik kebesaran seorang laki-laki selalu ada peran perempuan di belakangnya. 

Ya, karena dorongan perempuan seperti ibu atau istri, seorang laki-laki dapat maju.

Kover buku
Kover buku "Why Men Don't Listen" versi bahasa Indonesia/Foto: Ufuk Publishing House googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-411');});
Berdasarkan riset yang dilakukan Allan dan Barbara Pease dalam buku Why Men Don't Listen and Women Can't Read Maps (2001), hal itu dimungkinkan karena hormon estrogen perempuan mendorong sel-sel syarafnya menumbuhkan hubungan yang lebih banyak di dalam otak dan di antara kedua belahan otak. 

Inilah yang menjadikan perempuan memiliki intuisi yang lebih peka dan penginderaan yang lebih luas sehingga perempuan mampu membuat penilaian dengan begitu cepat dan tepat tentang orang-orang dan situasi mereka berdasarkan intuisi saja. 

Lihatlah peran Khadijah yang menyokong perjuangan Rasulullah Muhammad SAW menyebarkan Islam dengan harta dan jiwanya di tengah tindasan kaum kafir Quraisy durjana dan dominan. 

Meskipun akhirnya Khadijah harus berpulang lebih dahulu ke haribaan Allah sebelum melihat keberhasilan perjuangan suami tercintanya.

Demikian juga adanya semangat Fatmawati (sebelumnya bernama "Fatimah"), istri pertama Bung Karno, yang menjahit sang saka Merah Putih dengan tangannya sendiri untuk dikibarkan saat Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. 

Meskipun akhirnya putri tokoh Muhammadiyah Bengkulu itu memilih meninggalkan Bung Karno karena menolak dimadu.

Tapi apakah hanya perempuan yang Tuhan karuniai kepekaan untuk memahami? 

Sehingga jika terjadi kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) selalu lelaki saja yang dipersalahkan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun