Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Konsultan Partikelir

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"The Girl on The Train" Rasa Bollywood, Yakin Yahud?

16 Januari 2021   23:53 Diperbarui: 17 Januari 2021   00:01 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film "The Girl on The Train"/Foto: bollywoodmdb.com

Entahlah, jika saya ditanya demikian. 

Meskipun secara pribadi, sebagaimana pengamatan saya selama ini atas kualitas karya insan Bollywood, film TGOTT versi Bollywood ini akan cukup berkualitas dan disambut publik dengan penerimaan positif.

Namun, secara objektif itu, hal itu lagi-lagi akan sangat bergantung pada antara lain bagaimana kualitas akting para pemainnya, terutama Parineeti Chopra yang berperan sebagai seorang perempuan yang mengalami depresi karena perceraian dengan suaminya  dan juga kehilangan pekerjaannya dan menjadi pecandu alkohol. Saking depresinya, ia sering bepergian dengan kereta antar-kota tak tentu arah. 

Dan juga seberapa lihai aktris lajang berusia 32 tahun tersebut menjiwai perasaan seorang janda kesepian dan depresi yang cemburu melihat pasutri (pasangan suami istri) tetangganya yang selalu terlihat mesra. Dan juga menjiwai bagaimana perihnya perasaan seorang mantan istri yang menyaksikan kehidupan baru mantan suaminya dengan perempuan lain.

Untuk kesan awal akting Praneeti Chopra, sekilas dapat dilihat di tautan ini: https://www.netflix.com/id-en/title/81144153.

Tema kehidupan rumah tangga seperti ini sejatinya adalah tema universal, yang juga sering digarap insan Bollywood dan juga insan perfilman Indonesia. 

Suatu tema yang lintas generasi, lintas batas, lintas keyakinan yang mengandung muatan human interest yang kuat. Nilai-nilai kemanusiaan yang universal yang dimiliki dan diyakini setiap insan manusia.

Tampaknya itulah peluang atau celah diterimanya film TGOTT versi Bollywood ini untuk mendapat penerimaan yang baik dari publik global. 

Karena sejatinya, sebagaimana fungsi film sebagai sarana evaluasi dan refleksi, kita sebagai manusia senantiasa belajar dari kehidupan orang lain. Dan belajar dari kehidupan orang lain tidak mengenal batasan atau sekat SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan) atau tirai ideologi.

Jadi, mengapa gengsi menonton film Bollywood, sebagai alternatif film Hollywood atau K-Drama, jika ada banyak hikmah kehidupan yang juga dapat direguk dan dinikmati?

Jagakarsa, 16 Januari 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun