Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Konsultan Partikelir

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Secuplik Cerita Penyintas Banjir Jakarta

12 Januari 2021   23:32 Diperbarui: 7 Desember 2021   06:08 1224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sungai Ciliwung di sekitar Jalan Raya Kalibata meluap dan menyebabkan banjir yang merendam rumah warga di Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat (26/4/2019). Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta mencatat ada 17 titik di DKI Jakarta terendam banjir pada Jumat (26/4/2019) pagi akibat luapan Sungai Ciliwung (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Bagaimanapun, kendati kita sudah bersiap-siap, bencana adalah takdir Tuhan, qodarullah, yang harus diterima dengan sabar dan ikhlas.

Dan jika rumah kita terletak di wilayah rawan banjir, seyogianya sudah bersiap-siap melakukan langkah-langkah persiapan prabanjir, seperti mengamankan dokumen-dokumen penting seperti kartu keluarga, ijazah, akta lahir, surat nikah, surat tanah, dll. 

Jika perlu, tempatkan semua dokumen itu dalam satu tempat khusus di tempat terjangkau,seperti tas ransel, yang jika banjir datang, langsung dapat dibawa. 

Lebih bagus lagi jika semua dokumen tersebut digitalisasi atau dibuatkan versi PDF atau scanned copy sehingga kita punya backup (cadangan) seandainya dokumen aslinya mengalami kerusakan atau hilang. 

Pastikan juga dokumen aslinya dilaminasi (laminating) sehingga mencegah kerusakan atau menahan kerusakan lebih parah jika terpaksa terendam air.

Yang kedua, buatlah rencana kedaruratan (emergency plan). 

Skema rencana kedaruratan, yang seyogianya sudah kita persiapkan sebelum kedatangan banjir, mencakup: catatan nomor kontak pihak yang dapat dimintai pertolongan secepatnya, SOP (Standard Operating Procedure) saat banjir datang (seperti mengungsikan balita, dokumen dan kendaraan bermotor terlebih dahulu dll), dan daftar barang prioritas yang harus dibawa saat mengungsi seperti charger (pengisi daya), ponsel, laptop (jika untuk keperluan kerja), uang tunai dan bahan makanan secukupnya. 

Terlebih lagi jika kita masih punya bayi atau balita, prioritaskan keperluan pokok mereka, seperti baju ganti, susu, atau popok.

Yang ketiga, selalu berkoordinasi dengan tetangga atau pihak pemerintahan setempat seperti RT, RW atau kelurahan untuk info banjir dll. 

Di saat bencana seperti itulah, pentingnya kebersamaan dalam lingkaran besar pertetanggaan menjadi bermakna. 

Karena air banjir tidak mengenal rumah gedongan atau rumah gubuk, semuanya akan dimasukinya. Dan tetangga adalah pihak pertama yang pasti akan kita mintai pertolongan, sekiranya kita terjebak banjir atau sewaktu kehabisan bahan makanan jika kita memutuskan tidak ikut mengungsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun