Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Konsultan Partikelir

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pembelajaran Daring (Sudah) Memakan Korban, Mau Tunggu Apalagi?

15 September 2020   22:48 Diperbarui: 17 September 2020   19:20 6390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi belajar di sekolah. (sumber: KOMPAS/DIDIE SW)

Tapi ternyata belajar daring pun berisiko kehilangan nyawa juga. Persis seperti apa yang dialami Keisya, sang bocah malang dari Tangerang tersebut.

Baca Juga:  https://www.kompasiana.com/nursalam-ar/5f4eb1a9097f364b2f01e9c2/perawan-itu-mutlak-atau-pilihan

Mereka juga korban

Menteri Pendidikan Kebudayaan Nadiem Makarim, sebagaimana dilansir CNBC Indonesia pada 7 Agustus 2020, sempat mensinyalir beberapa kendala pelaksanaan PJJ, antara lain kesulitan guru dalam mengelola PJJ yang masih terfokus pada penuntasan kurikulum. Alhasil, beban pelajaran atau tugas sekolah yang diberikan bagi para siswa kian banyak. 

Sementara, kendala lainnya, tidak semua orang tua mampu mendampingi anak-anak belajar di rumah dengan optimal karena harus bekerja atau pun tidak punya kemampuan sebagai pendamping belajar anak.

"Para peserta didik juga mengalami kesulitan berkonsentrasi belajar dari rumah serta meningkatnya rasa jenuh yang berpotensi menimbulkan gangguan pada kesehatan jiwa," ujar Nadiem Makarim yang juga mantan pendiri dan CEO aplikasi transportasi daring terbesar di Indonesia tersebut.

Nah, di sinilah barangkali LH dan puterinya dapat dikatakan sebagai "korban".

LH, dengan keterbatasan waktu sebagai ibu rumah tangga yang harus mengurus dua anak kembarnya dan juga suaminya di samping rutinitas pekerjaan domestik atau rumah tangga dan juga keterbatasan kesiapan psikologis sebagai orang tua, harus juga mengurus dan membantu anak-anaknya dalam pembelajaran daring.

Sementara sang anak mungkin juga tertekan karena dalam usianya yang masih tergolong usia golden year harus menjalani pembelajaran daring di rumah dikarenakan panjangnya periode pandemi COVID 19 ini. Tidak seleluasa ketika belajar secara konvensional di sekolah sebagaimana kodrat anak-anak seusianya yang masih dan harus banyak bermain sebagai bagian dari pendewasaan psikologis dan emosionalnya.

Maka, karena telah jatuh korban nyawa pertama akibat pembelajaran daring, harus tunggu apalagi, wahai para pemimpin negeri?

Wahai para birokrat, politisi dan para pemimpin negeri tercinta ini, segeralah bekerja serius bekerjasama mengatasi pandemi ini tanpa banyak berseteru atau bersilang sengketa sesama Anda yang tidak perlu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun