Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Konsultan Partikelir

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Temukan Pekerjaan yang ketika Kamu Melakukannya Terasa Enjoy

10 Februari 2020   19:52 Diperbarui: 14 Februari 2020   12:02 2657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut sang psikolog berkebangsaan Amerika Serikat ini, yang semasa kecilnya adalah korban perisakan atau perundungan (bullying) oleh teman-teman sekolahnya, tiap manusia memiliki hierarki kebutuhan yang harus dipenuhi sesuai tahapan keadaan atau kondisinya masing-masing.

Pertama, yang merupakan kebutuhan awal atau mendasar, kebutuhan fisiologis (physiological needs), seperti sandang dan pangan. Inilah kebutuhan esensial umat manusia.

Kedua, kebutuhan atas rasa aman (safety/security needs). Ketiga, kebutuhan rasa memiliki dan kasih sayang (social needs).

Dan keempat, kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), dan yang kelima adalah kebutuhan atas aktualisasi diri (self-actualization needs). Inilah lima jenjang hierarki kebutuhan manusia.

Sebetulnya, jelang akhir hayatnya, Maslow sudah memperbarui teorinya dan menambahkan hierarki terakhir, yakni tahapan altruisme (altruism), tapi, entah mengapa, yang lebih populer adalah lima hierarki sebelumnya.

Maslow sendiri mendefinisikan altruisme sebagai tingkatan di mana "One finds the fullest realization in giving transcendence onto oneself to something beyond oneself".

Altruisme, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah lebih memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain (anti-tesis dari egoisme) atau dorongan berbuat yang terbaik bagi orang lain. Dan, altruisme yang, menurut Maslow, dibingkai dengan semangat transendental (bersifat kerohanian) adalah puncak pemenuhan hierarki kebutuhan tertinggi manusia.

Sederhananya, sebagai contoh, dalam Islam, ada perintah dalam ayat Al-Qur'an untuk bekerja secara ihsan (profesional) karena "Allah akan melihat hasil kerjamu", dan juga anjuran bekerja untuk dunia dengan sebaik-baiknya seakan kita akan hidup selamanya dan beribadah sebaik-baiknya seakan kita akan mati esok hari. 

Sementara dalam ajaran Konghucu yang berbasis Konfusianisme, misalnya, ada petuah untuk bekerja keras dan menjadi kaya karena kedudukan orang di akhiratnya kelak tergantung tingkat kemakmuran atau kekayaannya. 

Demikian juga dalam konteks agama atau kepercayaan lain, mungkin ada dogma atau ajaran yang serupa. Apa pun varian bentuknya, itulah spirit transendental dan spiritual yang mendorong misi suci pekerjaan kita, yang akan menjadikan kita bekerja profesional dan bersemangat namun tetap dalam koridor upaya pencarian karunia Tuhan yang halal dan berkah, tanpa tipu-tipu, mencuri atau korupsi.

Nah, pada akhirnya, passion untuk berkarya yang terbaik, yang salah satu buahnya adalah menggapai jabatan idaman, akan tumbuh jika kita menyadari di tahapan hierarki yang mana kita berada, dan tahu cara menyiasati atau memperjuangkan pemenuhan tingkat kebutuhan tersebut serta tegar dengan segala daya upaya di jalan perjuangan tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun