Mohon tunggu...
NurRohmatus
NurRohmatus Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi

Bismillah (:

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jatuh Cinta adalah Anugerah

5 November 2019   04:40 Diperbarui: 5 November 2019   04:51 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat pertama kali kau hadir di hidupku, aku tak pernah mengira bahwa kau akan menjadi seseorang yang selalu aku rindukan. Caramu yang sederhana dalam menikmati hidup selalu membuatku terpana. Bahkan keheningan bersamamu terasa menenangkan, betapa jatuh cinta padamu begitu mudah bagiku. 

Ketika bersamamu, aku merasa segala beban seketika musnah. Terkadang aku lupa beban menesakkannya hidup yang sedang aku jalani. Senyumanmu selalu membuatku merasa cukup, bahwa hanya denganmu aku bisa merasakan bahagia tanpa memerlukan orang lain lagi. 

Rasa ini membuatku tetap percaya meskipun banyak orang yang meragukanmu. Namun semakin lama, hubungan ini terasa makin rumit. Hingga pada akhirnya, dia memutuskan untuk berhenti lalu pergi. Akhirnya aku dan kau berpisah. Aku terus berusaha meyakinkan diriku, tapi sesak dalam hatiku tak pernah berhenti. Saat kata-kata pergi tak mampu diterima, air mata mulai berteriak ingin dilepaskan.

Kaupun pergi.

Aku bilang aku akan kuat. Tapi, setelah ini aku akan kehilangan segalanya. Kehilangan dirimu setiap kali aku ingin menyapamu di pagi hari. Kehilangan dirimu saat aku mendengar lagu kesukaanmu. Kehilangan dirimu setiap saat aku mengunjungi tempat dimana kita dulu pernah bersua. 

Benci, marah, kecewa. Perasaan ini menggumpal dalam hati, namun tetap saja tangis ini tak mampu aku lawan. Aku butuh kamu. Hanya kamu. Aku memohon untuk tetaplah singgah, tapi keputusan itu adalah keyakinanmu. Kalau aku berharap kau kembali, kuyakin kau tak akan pernah kembali.

Perasaan, harapan dan pertanyaan yang tak kunjung usai mulai menyesaakan dadaku. Dan aku mulai menulis. Menumpahkan dan mengubur semua rasa tentang kau dalam tulisan ini. Hingga pada akhirnya aku akan mengenang masa-masa itu dengan senyum tanpa dendam. Tanpa beban.

Kupikir jika memintanya untuk kembali adalah sebuah keegoisan, maka melepaskanmu adalah cara terakhirku mencintaimu. 

Sekeras apapun kau mencintainya, sekeras itu pula kau merasakan patah hati. 

Sore itu aku runtuh, tapi aku takkan pernah menunjukkan padamu bahwa aku rapuh. Biarkan kau dengan keputusanmu dan aku juga dengan keputusanku. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun