Mohon tunggu...
Nisrina Haqque
Nisrina Haqque Mohon Tunggu... Pengajar dan pembelajar. -

Seorang pembaca dan pembelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tata Krama di Dunia Maya

15 September 2018   23:30 Diperbarui: 15 September 2018   23:40 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketika masih bersekolah, dahulu saya dan teman-teman terbiasa mengikuti kegiatan budi pekerti di masjid raya ketika Ahad pagi. Berpakaian muslim, di sana kami mendengarkan ceramah, diawasi guru sambil mengambil daftar kehadiran. Ketika saya lihat saat ini, kegiatan budi pekerti sudah tidak ada. Padahal sampai kapan pun, budi pekerti saya rasa adalah pelajaran penting. Belajar tidak musti hanya di sekolah, bukan? Apalagi budi pekerti yang ditanam sejak dini, insya Allah manfaatnya akan terasa sampai dewasa.

Kalau saya perhatikan, saat ini budi pekerti anak zaman sekarang sangat jauh dari tata krama sebagaimana mestinya. Terutama di dunia maya. Berkomentar dan menyebar berita tak jelas, bahkan saling mengadu domba karena tak ada lagi budi pekerti baik yang melekat. Ini menyedihkan.

Masih segar dalam ingatan ketika Twitter diramaikan dengan kisah seorang anak muda yang baru saja diterima internship di NASA, sebelum kemudian dia memaki-maki petinggi NASA itu tanpa tahu kalau yang diceramahinya adalah atasannya di kantor. Yang terjadi selanjutnya adalah NASA langsung mencoretnya dari daftar pekerja magang.

Sebenarnya itu bukan hal baru. Masih banyak orang yang ikut tergusur dari pekerjaannya hanya karena salah ucap di media sosial, dan ini nyata. Betapa berbahayanya media sosial, betapa berpengaruhnya. Saking pentingnya, kampus saya dulu sampai mendata apa saja nama media sosial yang dimiliki mahasiswanya agar tidak ada yang berbuat 'macam-macam'. Huft.

Salah satu kekurangan pendidikan di sekolah adalah, sekolah tak tahu banyak aktivitas siswa di media sosial. Padahal di sanalah mereka biasa berkubang. Posting foto, video, status, live instagram, dan lain-lain. Belum lagi berkomentar dan curhat colongan. Kita nggak tahu apakah yang diposting adalah gambar berfaedah atau malah foto berpacaran dengan gaya yang tidak pantas. 

Untuk gamer, sulit menyelidiki apakah seorang anak sudah terkena candu game atau masih bisa mengontrol diri. Yang berbahaya adalah ketika anak sudah kenal dengan link 21 ke atas dan terbiasa mengaksesnya. Naudzubillah.

Saya percaya sebagaian besar netizen adalah anak muda, dengan kisaran umur 15-30 tahun. Saya pikir, untuk mengedukasi anak muda yang masih bersekolah, ada baiknya sesekali diadakan sosialisasi mengenai bagaimana sebaiknya beretika di dunia maya. Apa saja yang boleh mereka posting, apa yang tidak. Untuk yang sudah bekerja, sama juga, mungkin kantor atau instansi juga memberi edukasi bagaimana mengontrol diri yang baik di media sosial. Saya yakin kehadiran narasumber bisa memberi semangat ketimbang nasihat dari orang sekitar saja. Sedangkan untuk warga Kompasiana yang baik, izinkan saya memberi sedikit tips menjaga etika di media sosial.

  • Jadilah orang yang kritis, tetapi netral. Dengan demikian anda akan selalu paham dengan informasi penting yang sedang terjadi namun tetap bertindak normal.
  • Jangan mudah terprovokasi oleh foto dan video yang tersebar. Kumpulkan dulu kebenarannya. Informasi dari sebuah medsos ibarat hanya satu keping puzzle yang menyebar. Kita perlu mengumpulkan kepingan puzzle dari media sosial lain untuk merangkai cerita yang utuh.

  • Cek sebelum membagi informasi. Tak terhitung informasi palsu/hoax yang menyebar dari satu grup ke grup lain hanya karena anda juga mendapat kabar yang sama tanpa tahu apakah kabar itu benar atau tidak.

  • Jika anda memutuskan condong kepada satu pihak, jangan bawa berita yang menjelek-jelekkan pihak lain. Anda boleh memilih, tentu itu hak anda, tetapi jangan sampai negara yang sudah rukun ini jadi rusuh kembali karena postingan anda. Simpan saja pilihan anda dalam hati.

  • Ingatlah bahwa sekecil apa pun yang anda lakukan di media sosial, semua akan dimintai pertanggungjawabannya.

  • Jika anda berkomentar, berbahasalah yang santun. Ingat, bahasamu menunjukkan siapa dirimu.
  • Bersihkan media sosial anda jika anda merasa ada hal-hal yang tidak patut dibagikan. Siapa tahu perusahaan anda diam-diam juga memantau aktivitas anda.                 

  • Mungkin baru ini tips yang saya sampaikan. Besar harapan saya agar di masa depan, semua netizen Indonesia menjadi netizen yang kritis dan berbudi pekerti luhur yang mmbuat bangga Ibu Pertiwi. Salam hormat untuk semua netizen Indonesia!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun