Mohon tunggu...
Nurrahman Fadholi
Nurrahman Fadholi Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa, pengajar, penulis

Mahasiswa Sastra Inggris Universitas Terbuka Yogyakarta dan pengajar Bahasa Inggris

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peringatan 10 Tahun Meletusnya Gunung Merapi

26 Oktober 2020   16:13 Diperbarui: 26 Oktober 2020   16:26 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Merapi (sumber : matamatapolitik.com)

Hari ini pada tahun 2010, gunung Merapi erupsi dan mengeluarkan abu vulkanik dan menyemburkan lahar panas. Abu vulkanik itu pun menghujani hampir seluruh provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan sebagian provinsi Jawa Tengah. Pada peristiwa itu mengakibatkan korban jiwa sekitar 353 orang, termasuk sang juru kunci yaitu, Mbah Maridjan. 

Bintang iklan produk minuman berenergi itu wafat saat menunaikan ibadah sholat, dan wafat dalam keadaan sujud. Saat itu, hatiku berdebar saat melihat berita di televisi tentang pencarian jenazah mbah Maridjan.

Kejadian itu terjadi saat aku masih duduk di bangku kelas 1 SMA di SMA Negeri 1 Kretek, Bantul. Aku masih sedikit ingat saat kejadian itu. Saat aku berangkat sekolah pada pagi harinya tanggal 27 Oktober 2010, hampir seluruh badanku dan motorku terkena abu vulkanik saat di perjalanan. 

Untung saat itu, aku memakai jaket jadi baju seragamku yang berwarna putih tidak terkena abu vulkanik. Hanya saja, celanaku yang berwarna abu-abu itu tidak lolos dari abu vulkanik yang jatuh dari atas. Karena jarak sekolahku tidak terlalu jauh dari rumah, aku biasanya tidak mengenakan helm tetapi saat kejadian itu, aku mengenakan helm dan masker (kalau sekarang mengenakan masker karena pandemi Covid 19). 

Saat itu, aku masih tinggal di daerah Kretek bersama kedua orangtuaku dan seorang adik perempuanku. Jalan di depan rumahku saat itu pun hampir tertutupi oleh abu vulkanik. 

Rumahku pun mendadak menjadi tempat pengungsian untuk sebagian warga Perumnas Condongcatur, termasuk mbah uti dan mbah buyut juga. Kalau mbah kakung mungkin tidurnya di rumah depan milik om ku. Meskipun Bantul juga terkena hujan abu vulkanik, kegiatan belajar mengajar pun tetap dilaksanakan sampai pukul 2 siang.

Itulah sedikit pengalamanku saat gunung Merapi meletus 10 tahun silam. Mungkin bagi kalian yang tinggal di Yogyakarta dan sekitarnya, dan mengalami hal yang sama denganku ini, boleh sharing-sharing di kolom komentar. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun