Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling penting bagi manusia untuk mempertahankan kehidupan. Pangan sebagai sumber zat gizi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, lemak, dan air) menjadi landasan manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. Penganekaragaman pangan sangat penting untuk menghindari ketergantungan pada suatu jenis bahan makanan. Melalui penganekaragaman pangan ini akan didapatkan variasi makanan yang beraneka ragam sesuai hasil pertanian dan juga dapat memenuhi kebutuhan gizi manusia (Soenardi, 2022).
Biji nangka mengandung karbohidrat yang cukup tinggi dan potensial untuk diolah menjadi produk pangan. Peningkatan diversifikasi pangan dengan membuat mie dari bahan dasar non gandum merupakan hal yang penting. Pembuatan mie dari tepung biji nangka belum familiar di masyarakat, sehingga dalam penelitian ini kita dapat mengetahui apakah tepung biji nangka layak sebagai bahan dasar mie pengganti tepung terigu. Namun perlu dilakukan pencampuran tepung biji nangka dengan tepung terigu untuk menghasilkan mie dengan kualitas yang baik dari segi rasa, tekstur, maupun kandungan gizinya.
Dalam sebuah percobaan yang telah dilakukan, 1 buah nangka dapat menghasilkan 250 gram tepung biji nangka. Mie yang dihasilkan memiliki warna coklat, rasanya hambar, dan teksturnya tidak terlalu kenyal. Warna cokelat disebabkan oleh kulit biji nangka yang masih tertinggal pada biji nangka tersebut. Tekstur yang tidak terlalu kenyal disebabkan oleh tekstur tepung biji nangka yang berbeda dengan tepung terigu. Pertimbangannya karena biji nangka jumlahnya banyak dan memiliki harga terjangkau. Bisa menjadi penyeimbang harga terigu yang semakin hari semakin naik harganya. Walaupun demikian, bukan berarti kandungan mie tersebut menjadi berkurang. Biji nangka dapat menjadi alternatif campuran tepung terigu dalam pembuatan mie.
Dari hasil sebuah percobaan yang dilakukan pada sepuluh panelis yang terdiri dari siswa MAN Insan Cendekia Paser yang berusia 16-17 tahun. Penilaian dalam percobaan ini bersifat spontan. Hal ini berarti panelis diminta untuk menilai suatu produk secara langsung saat itu juga. Pada saat mencobanya tanpa membandingkannya dengan produk sebelum atau sesudahnya. Hasil coba dan daya terima masyarakat rata-rata panelis menunjukkan tekstur mie yang tidak terlalu kenyal dengan rasa yang hambar, warna yang kecoklatan, dan tidak memiliki aroma. Sebagian dari panelis mengatakan mie tersebut memiliki rasa yang hambar. Hal ini disebabkan mie yang diujikan sama sekali tidak diberi perasa tambahan. Sebagian panelis mengatakan tekstur mie yang sedikit berbeda dari mie terigu. Hal ini disebabkan tepung dari biji nangka memiliki tekstur yang berbeda dari mie berbahan dasar tepung terigu.
Pada percobaan ini, berikut beberapa aspek penilaian :
- Mengenai rasa :
- 40% responden suka
- 30% kurang menyukai
- 30% responden lainnya netral.
- Mengenai tekstur :
- 40% responden suka
- 30% responden kurang menyukai
- 30% lainnya netral.
- Mengenai aroma :
- 30% responden suka
- 20% responden kurang menyukai
- 50% responden lainnya netral.
- Mengenai warna :
- 30% responden suka
- 30% responden tidak menyukai
- 40% responden lainnya netral.
Dapat di simpulkan bahwa biji nangka dapat diolah menjadi mie dan dari hasil percobaan menunjukkan bahwa  mie bebahan dasar tepung biji nangka dapat dikonsumsi oleh masyarakat umum dengan baik.