Mohon tunggu...
Nurohmat
Nurohmat Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Pecinta Literasi dan Pendaki Hikmah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Doa Itu Senjata

14 Agustus 2020   02:57 Diperbarui: 14 Agustus 2020   02:44 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kepercayaan dan agama apapun, pasti memiliki perbendaharaan do'a, mantra, aji-aji. Do'a  itu ibarat senjata. Ia bisa membawa energi yang positif ataupun sebaliknya. Do'a yang membawa energi yang positif adalah do'a yang baik-baik. Do'a yang membawa energi negatif lebih mirip sebuah kutukan yang menakutkan.

Tuan dan Puan, mungkin ada yang pernah membaca atau mendengar kisah salah seorang sahabat Nabi, yakni Sa'id bin Zaid r.a. yang di masa kekhalifahan Bani Umayyah dituduh oleh seorang wanita bahwa Sa'id bin Said telah menyerobot lahan miliknya. Tuduhan itu berlangsung selama bertahun-tahun hingga seluruh penduduk Madinah mendengarnya. 

Tidak main-main tuduhan itu sampai-sampai dibuatkan semacam BAP  dan diurus oleh pemerintah setempat. Rupanya saking tidak nyamannya Said bin Zaid RA mengeluarkan do'a, "Ya Allah, dia menuduhku menzaliminya. Seandainya tuduhannya itu palsu, butakanlah matanya dan ceburkan dia ke sumur yang dipersengketakannya denganku. Buktikanlah kepada kaum Muslimin sejelas-jelasnya bahwa tanah itu adalah hak hamba dan bahwa hamba tidak pernah menzaliminya."

Singkat cerita, do'a Said bin Zaid RA terkabul dan wanita tersebut  mengalami kejadian seperti apa yang didoakan oleh Sa'id bin Zaid RA.

Tuan dan puan yang budiman,  berhati-hatilah terhadap do'a buruk seseorang yang benar-benar dizalimi. Do'a adalah senjata pamungkas untuk melawan situasi, orang, dan keadaan. Dan berhati-hatilah dalam mengambil hak orang lain, hak negara, hak masyarakat dan hak tetangga yang membuat do'a kita menjadi tumpul.

Agar do'a kita ibarat senjata yang ampuh,  bersikanlah pakaian, makanan, dan harta kita   dari karat-karat dan kotoran-kotoran.  Kotoran itu adalah hak orang lain yang kita telan, hak negara yang kita makan. Tuan dan Puan, asahlah do'a kita dengan menghilangkan "kotoran" pelan-pelan dan takutlah pada do'a yang tajam seperti do'anya Sa'id  Zaid RA.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun