Mohon tunggu...
nurnawati
nurnawati Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa S2 Pendidikan Biologi FMIPA UNJ

Biologist 🌱

Selanjutnya

Tutup

Nature

The Hidden Weapon, Senjata Biologis

28 Maret 2020   21:49 Diperbarui: 28 Maret 2020   21:58 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Isu yang menjadi sorotan dari abad 12 hingga masa yang akan datang. Sebuah senjata mikroskopik yang keberadaannya paling ditakuti musuh karena dapat menyebabkan kematian massal. 

Ia adalah senjata biologis (biological weapon). Senjata biologis adalah bagian dari weapon mass destruction. Senjata biologis melibatkan organisme hidup, khususnya mikroorganisme yang dimodifikasi dengan menggunakan teknik rekayasa genetika sehingga  tahan vaksin, memiliki imun yang kuat, dan tahan terhadap aerosol. Jika terus dikembangkan, senjata ini dapat memusnahkan makhluk hidup termasuk peneliti sendiri.

Munculnya senjata biologis atau dikenal juga dengan sebutan bioterorism dimulai sejak abad 12. Yang paling popular pada saat itu adalah racun organisme dan selimut penderita cacar. 

Pada perang dunia II dibuat pengembangan melalui unit 731 Jepang dengan eksploitasi pada 250.000 tawanan perang. Kemudian tahun 1979 terjadi penyebaran spora anthrax di laboratorium pengembangan senjata biologi di Yekaterinburg, Russia.

Mikroorganisme yang biasa digunakan untuk pembuatan senjata biologis antara lain Bacillus anthracis (penyebab penyakit anthrax dalam kejadian di Amerika dan dicoba dibuat di Rusia serta Irak), smallpox (30% orang meninggal dan tahun 1977 penyakit ini berhasil dimusnahkan oleh vaksinasi dari WHO. 

Sekarang prototipe dari virus ini tersimpan di 2 negara yaitu Amerika dan Rusia), Ebola (membunuh ratusan jiwa di Zaire dan Sudan, dinamakan berdasarkan nama sungai Kongo yaitu sungai Ebola), Escherichia coli (Willem Stemmer di kota Redwood, California telah berhasil merekayasa bakteri Escherichia coli yang memiliki resistensi terhadap antibiotika Cefotaxime, 32 ribu kali lebih tinggi), Clostridium botulinium (protein dan neurotoksin yang diproduksi oleh bakteri Clostridium botulinum adalah zat akut yang paling beracun yang pernah dikenal), Chimera (pemerintah Uni Soviet mengembangkan project Chimera dengan mengkombinasikan antara smallpox dan ebola menjadi sebuah virus super mengerikan), Rinderpest (Genghis Khan menginvasi Eropa dengan melepaskan senjata biologis untuk menyerang ternak dengan begitu mematikan), dan Rice Blast (agen biologis dunia yang lebih memilih mangsa berbeda yaitu tanaman pangan yang dibudidayakan).

Pada Perang Cirraean (595-585 SM). Mereka menggunakan ekstrak racun dari tanaman helleborus untuk meracuni persediaan air kota Cirrha hingga kota itu akhirnya dihancurkan. 

Pada Abad Pertengahan (Abad ke-5 hingga Abad ke-15), tren penggunaan senjata biologis dalam peperangan paling kondang adalah menyebar wabah penyakit via mayat maupun bangkai hewan yang membusuk. Kemudian antara 1915 dan 1917, suplai hewan terganggu bagi musuh dengan menginfeksi kuda-kuda serta keledai-keledai militer, hingga hewan-hewan ternak. Bahkan pada Perang Dunia II, Inggris mengujicobakan efektivitas Bacillus anthracis di udara terbuka ke domba-domba mereka di Kepulauan Gruinard, serta memproduksi kue-kue yang terkontaminasi spora-spora anthrax.

Kenapa mereka senang menggunakan senjata biologis? Jawabannya adalah karena pembuatan senjata biologis hanya membutuhkan sedikit biaya, mudah dibawa, tidak mudah terdeteksi dibandingkan senjata konvensional yang biayanya tinggi. Oleh karena itu PBB melakukan pelarangan internasional (1975), di Indonesia tertuang dalam Kepres No. 58 tahun 1991 dan telah masuk RUU. Namun masih banyak negara yang melanggar peraturan tersebut dan tetap memproduksi senjata biologis bahkan diperdagangkan secara ilegal. Hal itu tentu melanggar bioetik karena senjata biologis merugikan umat manusia dan dapat menjadi senjata pemusnah massal. Bioetika merupakan studi sistematis perilaku dan tindakan yang berhubungan dengan biologi dan kesehatan yang mempertimbangkan nilai-nilai dan prinsip moral.

Lalu, apakah wabah yang sekarang sedang terjadi adalah salah satu senjata biologis? Beberapa konspirasi dunia menyatakan virus covid-19 adalah senjata biologis yang sengaja dibuat karena jika dilihat dari ciri-cirinya memang bisa tergolong dalam senjata biologis, yaitu penyebarannya dapat dilakukan dengan mudah dan ditularkan dari manusia yang satu ke yang lain, menyebabkan tingkat kematian yang tinggi dan berpotensi memengaruhi kesehatan public, dapat menyebabkan kepanikan dan gangguan social, memerlukan penanganan khusus untuk persiapan kesehatan masyarakat. Tapi dilemanya adalah tidak pernah ada barang dan alat bukti sehingga asumsi tersebut masih berupa opini yang belum terbukti secara empiris.

Richard Ebright, profesor biologi-kimiawi di Universitas Rutgers. Ebright tak melihat virus corona sebagai wabah buatan manusia. Berdasarkan genome virusnya dan unsur-unsurnya, tidak ada indikasi apapun yang mengungkapkan bahwa virus itu adalah buatan manusia, karena virus covid-19 berinkubasi dalam tubuh manusia dalam kurun 1-14 hari. Gejalanya berupa batuk-batuk, pilek, hingga sesak nafas. Angka kematiannya di Wuhan sebagai ground-zero berada di 2-7% dan di luar Wuhan 0,7% dari total penderita, jadi tidak seperti senjata pemusnah massal yang membunuh dalam waktu singkat dan sasarannya pun tidak terfokus pada lingkup tertentu saja, melainkan menjadi pandemi. Namun bukan tidak mungkin ada sekelompok manusia yang menginginkan penurunan populasi dunia karena ingin menciptakan bumi dengan jumlah populasi manusia yang "ideal", seperti inti cerita dalam novel "Inferno" karangan Dan Brown.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun