Mohon tunggu...
Nurmina Davy
Nurmina Davy Mohon Tunggu... Psikolog - Dosen dan Psikolog

Dosen Universitas Negeri Padang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wabah Kejahatan Seksual di Depan Mata, di Mana Kita?

27 November 2020   13:29 Diperbarui: 27 November 2020   13:32 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hati perempuan mana yang tak terusik membaca berita seorang remaja yang masih duduk di bangku kelas 2 SMP menjadi korban kejahatan seksual selama satu tahun. Tidak tanggung-tanggung, pelaku kejahatan seksual tersebut adalah 10 orang lelaki berumur lanjut yang sekampung dengan korban. Kejahatan seksual ini terbongkar bukan karena pengakuan korban dan orang-orang disekelilingnya, tapi dari mulut pelaku sendiri. Betapa miris, selama satu tahun korban bisa menyembunyikan peristiwa memilukan itu dan orang-orang disekeliling korban tidak bisa melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada korban. Padahal, menurut pengakuan korban tindakan kejahatan seksual tersebut dilakukan hampir setiap hari secara bergantian dan hanya berhenti saat korban sedang dalam masa menstruasi. Tak adakah seseorang yang mengetahui dan dapat menolong gadis belia tersebut? Memilukan.

Kejahatan seksual disekitar kita

Jumlah kasus kejahatan seksual di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dalam kondisi pandemi COVID-19 saat  ini pun jumlah kasus kejahatan seksual tetap terus meningkat. Dari data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak, dari 1 Januari 2020 hingga 31 Juli 2020 kasus kekerasan seksual terhadap anak menjadi laporan yang menduduki peringkat pertama (Rahma, 2020). Data menyebutkan bahwa 91 persen pelaku kejahatan seksual adalah orang terdekat korban.

Kasus yang tercatat dan dilaporkan sebenarnya masih sangat kecil, masih banyak kasus-kasus lain yang tidak terungkap dan korban tidak pernah menceritakan kepada orang lain. Rahasia terbesar dan terburuk dalam hidupnya itu tersimpan sampai mereka dewasa. Rasa malu dan takut membuat banyak korban kejahatan seksual memilih untuk diam, menanggung derita sepanjang hidup, sedangkan pelaku tetap bebas berkeliaran dan bisa saja menambah korban-korban berikutnya.         

Orang yang barangnya hilang dan dicuri  akan dengan segera melapor kekantor polisi. Seseorang akan segera berteriak dan meminta pertolongan jika dijambret dan dicopet. Namun, seorang  anak dan remaja yang mengalami kejahatan seksual hanya memilih diam, rasa takut dan malu menghalangi mereka untuk mencari pertolongan. Untuk itu, perlu sekali membuat masyarakat cepat menyadari adanya perubahan perilaku yang dialami oleh anak dan remaja yang mengalami kejahatan seksual sehingga segera memberikan pertolongan. Pertanyaan yang hadir di kepala kita adalah, bagaimana mungkin selama lebih dari setahun orang-orang di sekitar korban tidak tahu sama sekali tentang kejahatan seksual itu? Apakah remaja ini tidak memiliki teman, kakak dan ibu yang bisa menyadari bahwa terjadi sesuatu peristiwa yang memilukan pada dirinya?

Perubahan Emosi dan Perilaku Korban Kejahatan Seksual

            Untuk menyadari terjadinya kasus kejahatan seksual pada anak dan remaja dapat dilakukan dengan melihat tanda-tanda perubahan yang terjadi pada mereka. Ada 3 jenis perubahan yang dialami oleh korban kejahatan seksual yaitu: (1) perubahan emosi, (2) perubahan perilaku dan (3) perubahan seksual. Masyarakat harus cepat menyadari ketika terjadi perubahan-perubahan perilaku pada seorang anak dan remaja dan mencari tahu faktor penyebabnya.

            Perubahan perilaku yang sangat nyata dan dapat terlihat adalah anak akan menarik diri dari interaksi sosial. Anak akan terlihat mengasingkan diri, mengurung diri dan lebih banyak menyendiri. Jadi, masyarakat harus segera sadar dan mencari tahu ketika ada anak dan remaja mulai menyendiri dan menarik diri dari pergaulan. Perubahan yang lain bisa dilihat dari raut wajah yang murung, sedih, terlihat takut, tidak mau disentuh dan sering terlihat menangis. Jangan samapai dibiarkan saja jika ada anak dan remaja disekitar kita terlihat menunjukkan gejala gejala perilaku dan emosi tersebut. Untuk ciri seksual akan lebih sulit dilihat seperti perilaku masturbasi dan merasa sangat tertarik dengan konten-konten seksual di televisi atau telepon seluler.

Pentingnya Tindakan Preventif         

Bagaimana masyarakat bisa lebih peka terhadap korban kejahatan seksual? Bagaimana membuat masyarakat bisa lebih berempati dan mengenali ciri-ciri korban kejahatan seksual dan mengungkap perilaku jahat tersebut?

Pertama, perlu adanya sebuah gerakan moral untuk membangkitkan kesadaran kolektif masyarakat tentang  kejahatan seksual. Kejahatan ini telah terjadi secara masif dan tertutup, berbeda dengan kejahatan pencurian, pembunuhan dan penganiayaan yang cepat diketahui dan dilaporkan masyarakat. Kejahatan seksual dapat berlangsung bertahun-tahun tanpa ada yang menyadari kejahatan tersebut. Setiap ada kasus baru viral dan menjadi perbincangan, tapi setelah itu terlupakan kembali tanpa ada langkah langkah konkrit untuk menyelamatkan masa depan anak yang potensial menjadi korban kejahatan seksual.

Kedua, perlu adanya kepedulian dari orangtua dan orang dewasa disekitar anak dan remaja, jika terjadi perubahan emosi dan perilaku yang tidak biasa pada anak. Semua orang dewasa, terutama orang tua bertanggung jawab memeberikan tempat yang aman dan memenuhi segala kebutuhan anak. Seringkali anak menjadi korban akibat pelaku mengiming-imingi dengan hadiah yang menggiurkan. Orang tua harus bertanya jika anak memiliki barang baru, siapa yang membelikan dan apa timbal balik dari hadiah tersebut.

Ketiga, perlu adanya lembaga sosial setingkat desa dan kelurahan yang memiliki data mengenai anak yang sedang beranjak dewasa dan memberikan penyuluhan kepada orangtua tentang kesadaran menjaga anak dari kejahatan seksual. Meningkatkan kepedulian tingkat RT/RW, serta perangkat kecil nya (tokoh pemuda, tokoh agama, tokoh masyarakat) terhadap keamanan anak-anak di wilayah mereka. Ingat, yang perlu dijaga tidak hanya anak kandung kita semata, tapi juga semua anak bangsa ini.

Keempat, Masyarakat harus cepat curiga jika ada anak dan remaja yang menjalin kedekatan dengan orang dewasa dalam bentuk yang tidak wajar. Kepedulian dan rasa tanggung jawab terhadap masa depan anak tidak hanya kewajiban orang tua semata, namun juga orang dewasa disekitarnya.

            Semoga Allah yang maha kuasa selalu melindungi anak-anak kita dari kejahatan seksual yang akan merenggut masa depannya. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun