Mohon tunggu...
Nurmalinda Pratiwi
Nurmalinda Pratiwi Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

IAIN Jember PGMI '19

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pengertian dan Tokoh-Tokoh dalam Aliran Filsafat Pendidikan Idealisme

4 April 2020   06:12 Diperbarui: 11 April 2020   11:23 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Di dalam artikel ini saya akan sedikit memberikan penjelasan tentang Pengertian dan Tokoh-Tokoh dalam aliran filsafat pendidikan idealisme

A. Pengertian Filsafat Pendidikan Idealisme

Idealisme adalah salah satu aliran filsafat dalam pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Semua bentuk realita adalah manivestasi dalam ide. Karena pandangannya yang idealis itulah, idealisme sering disebut sebagai lawan dari aliran realisme. Tetapi aliran ini justru muncul atas feed back realisme yang menganggap realitas sebagai kebenaran tertinggi.

B. Filosofi Tokoh-Tokoh Filsafat Pendidikan Idealisme

Tokoh-tokoh dalam aliran filsafat pendidikan, yaitu:
1. Plato
Plato merupakan salah seorang filsafat yang berasal dari Yunani Kuno yang mempunyai pengaruh kuat dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Ia juga dianggap sebagai pelopor dalam filsafat idealisme yang mengagungkan nilai pengetahuan dan keadilan. Konsep pengembangan ilmu pengetahuanyang digagas Plato dapat dibedakan menjadi 2 macam:
Pengetahuan yang bersifat inderawi
Pengetahuan yang bersifat inderawi hanya merupakan kesan-kesan yang bersifat sementara dan senantiasa dapat berubah.
Pengetahuan yang bersifat kejiwaan
Pengetahuan yang sifatnya hanya dapat melahirkan kebijaksanaan dan keabadian nilai.

2. Elea
Filosofi Elea adalah filosofi yang mengatakan bahwa yang ada itu satu, tidak ada seluk beluk, dan tidak berubah-ubah. Apa yang tampak pada panca indera itu bukanlah yang sebenarnya melainkan rupanya saja. Yang ada dalam kebenarannya tidak dapat diketahui dengan penglihatan saja, melainkan dengan pikiran yang memperhatikan.

3. Hagel
Hagel mengatakan bahwa sejarah dapat dikatakan belum berakhir dalam artian bahwa masih ada hari depan karena peristiwa-peristiwa masih berlangsung. Namun sebaiknya ia jug mengatakan bahwa sejarah sudah mencapai masa akhir dalam artian tidak akan ada lagi penemuan-penemuan yang baru. Sejarah telah mencapai puncaknya pada abad ke 19. Sejarah juga dapat mengulangi bentuk-bentuk atau tahap-tahap yang lainnya.

4. Emanuel Kant
Emanuel Kant mengatakan bahwa pengalaman-pengalaman kita berada dalam bentuk-bentuk yang ditentukan oleh perangkat inderawi kita. Maka hanya dalam bentuk-bentuk itulah kita menggambarkan eksistensi segala hal. Kelemahan dari pendapatnya ini adalah Kant menentang pengalaman yang tidak inderawi atau bisa disebut dengan metafisik, sehingga seseorang tidak dapat menggambarkan eksistensi sesuatu.

5. David Hume
David Hume merupakan filosof pendidikan idealisme subjektif. Ia berkata "kalau saya memasuki diri saya sendiri maka saya jumpai bermacam pengertian, bermacam-macam gambaran tentang benda". Dengan kata lain, ia berpendapat bahwa filsafat pendidikan idealisme itu merupakan pandangan yang menganggap atau memandang ide itu sebagai primer dan materi itu sebagai sekunder. Dengan kata lain, materi berasal dari ide atau diciptakan oleh ide itu sendiri. David Hume juga mengklaim bahwa realitas objektif harus menolak sekalipun pikirannya sendiri, dan menegaskan eksistensinya sendiri sebagai tidak lebih daripada rangkaian sensasi ataupun kesan.

6. Al-Ghazali
Al-Ghazali termasuk dalam kelompok sufistik yang banyak menaruh perhatian terhadap pendidikan. Karena pendidikanlah yang banyak menentukan corak kehidupan suatu bangsa dan pemikirannya. Dalam masalah pendidikan, Al-Ghazali lebih cenderung berpaham empirisme. Hal ini disebabkan karena ia sangat menekankan pendidikan terhadap anak didik. Menurutnya seorang anak itu tergantung kepada orang tua, bagaimana cara orang tua itu mendidik anaknya tersebut. Karena hati seorang anak itu bersih, murni layaknya permata. Hal tersebut sejalan dengan pesan Rasulullah SAW, yakni bahwa setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan bersih. Kedua orang tuanya yang menyebabkan anak itu masuk Yahudi, Nasrani ataupun Majusi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun