Mohon tunggu...
Nurlaeli Mutamariah
Nurlaeli Mutamariah Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia di SMPN 2 Karawang Barat

Penulis pemula, ingin mencoba dan mencoba sesuatu yang baru...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nek, Akhirnya Lebaran Datang Juga!

23 Mei 2020   11:14 Diperbarui: 23 Mei 2020   11:16 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Anak Yatim Piatu (Sumber: konsultasisyariah.com)

Hilal telah tampak. Ada rasa haru dan bahagia berbaur menjadi satu. Rasa haru karena, alhamdulillah aku bisa menyelesaikan ibadah saum di tengah pandemi corona dan ibadah ini, aku jalani tanpa ayah dan ibuku hanya ditemani nenek yang sudah renta.

Bahagia karena aku bisa menuntaskan saum ini dengan makan nasi sekali sehari itu pun saur saja karena nenekku tidak bisa sering-sering keluar mencari plastik-plastik mineral untuk dijual ke pengepul. Nenekku takut corona ada di mana-mana.

Dan yang membuat aku bahagia adalah menghadapi lebaran esok hari walaupun tanpa baju lebaran, sarung, baju koko, sandal atau sepatu baru.

Biarlah lebaran ini aku tidak memakai pakaian baru yang penting rasa bahagia ini yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Lihat nenek masih sehat saja aku sudah bersyukur.

Tahun-tahun yang lalu, aku selalu punya baju, sepatu, peci, sarung baru karena tetangga sebelahku Pak Ridwan masih bekerja di perusahaan, dan beliau selalu membelikan aku barang-barang tersebut menjelang lebaran. Beliau orang yang sangat menyayangiku sejak ibu bapakku meninggalkanku untuk selama-lamanya.

Sekarang Pak Ridwan agak kesulitan ekonomi karena beliau telah dirumahkan sejak merebaknya pandemi ini. Jangankan untuk membantu kami, keluarga beliau saja hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah dan dari tetangga-tetangga yang selalu mengulurkan tangan memberikan bantuan kepada kami keluarga yang serba kekurangan.

"Soleh...gak apa-apa kamu lebaran tahun ini hanya makan ketupat dengan sayur pesor aja ya, Nak, tak ada lauknya," nenek berkata sambil menyeka air matanya yang berjatuhan sambil membelai kepalaku. "nanti kalau nenek sudah punya uang akan nenek belikan lauk ayam, kita buat opor ayam."

Aku tersenyum, sambil mencium tangan nenek, "Nek makan dengan apa pun terasa nikmat, asal nenek sehat dan ada di sampingku."

Aku bereskan piring dan gelas setelah buka bersama nenekku kemudian piring dan gelas kotor aku bawa ke kamar mandi yang ada di belakang rumah nenek. Bukan kamar mandi sih hanya berbilik dari bambu yang sudah lapuk dan penutupnya kain sarung lusuh dan butut, berlantaikan batu-batu.  Aku nimba air dulu sebelum mencuci piring.

Setelah mencuci piring, aku wudu untuk salat Isya. Aku salat di kamar nenek merangkap kamarku karena hanya ada satu kamar. Rumah kami terbuat dari bilik yang sudah lapuk dimakan usia. Di sana-sini banyak yang bocor. Lantainya masih tanah.

Bersyukur yang penting ada tempat berlindung dari dingin dan panasnya kehidupan ini. Dilanjutkan dengan salat rawatib bada Isya. Kuambil Al Quran untuk melanjutkan juz Amma yang aku hafalkan setiap hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun