Mohon tunggu...
Nur Kolis
Nur Kolis Mohon Tunggu... Guru - Saya adalah seorang pembelajar dan pengembara

Saya menyukai dunia menulis untuk ikut memberikan kontribusi positif bagi semesta

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Harmoni Dalam Perbedaan

27 September 2022   13:07 Diperbarui: 27 September 2022   13:25 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Harmoni Dalam Perbedaan

Bisa jadi setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda dalam menilai suatu hal yang sama. Beragamnya sudut pandang yang dipakai oleh masing-masing individu dalam melihat satu hal yang sama menjadikan kesimpulan (conclusion) yang dipilih juga berbeda. Oleh karenanya sikap bijaksana sangatlah dibutuhkan dalam menyikapi pelbagai perbedaan yang ada.

Perbedaan persepsi atas suatu hal yang sama adalah sesuatu yang lumrah. Latar belakang masing-masing individu bisa menjadi penyebab munculnya persepsi yang berbeda-beda, seperti perbedaan pendidikan, pengalaman, lingkungan sosial, pola asuh orangtua, dan lain sebagainya.

Seseorang yang telah menikah dan ingin tinggal terpisah dari orangtua atau mertuanya akan dipandang sebagai keputusan yang baik dan membangun jika memakai sudut pandang bahwa memang sebaiknya bagi seseorang yang telah menikah adalah belajar mandiri, baik secara finansial maupun merdeka dalam mengambil keputusan rumah tangganya. 

Ada privasi rumah tangga yang harus dijaga dan tidak boleh diketahui orang lain, bukan hanya privasi ruang, tetapi juga privasi kebijakan atau rencana untuk masa depan.

Baca juga: Langkah

Namun, jika hal di atas dilihat dengan sudut pandang bahwa seseorang yang telah menikah sebaiknya tinggal bersama orangtua atau mertuanya dengan alasan agar orangtua atau mertua tidak dianggap sebagai pihak yang mengusir anak atau menantu oleh para tetangganya, maka kesimpulan yang didapat akan berbeda pula.

Pada akhirnya, berbagai kesimpulan yang dihasilkan atas suatu hal dan kemudian dijadikan landasan dalam tindakan harus dihormati oleh semua pihak. Diperlukan sikap pangerten (pengertian) dan nerimo (menerima) agar rasa saling menghormati dapat terejawantah dalam kehidupan nyata. Jika rasa saling menghormati sudah berakar dalam pikiran dan tingkah laku, maka keharmonisan akan tumbuh dengan lebat dan subur mendamaikan keberagaman.

Bertukar pikiran atau berdiskusi itu memang tidak ada salahnya, tapi tindakan memaksakan persepsi pribadi pada orang lain adalah kesia-siaan yang jauh dari manfaat.

Menuntut orang lain agar selalu memilih seperti apa yang kita pilih adalah bentuk ketidakadilan. Hal demikian disebut tidak adil karena  merupakan upaya membungkam dan menutup pikiran orang lain yang harusnya merdeka. Sebaliknya, secara tak langsung menuntut orang lain untuk mengakui bahwa hanya dirinya pribadi yang berhak merdeka dalam berpikir dan memilih. Apa yang menjadi pilihan orang lain adalah salah jika tak sama dengan apa yang ia pilih.

Setiap orang berhak menempuh jalan pilihannya sendiri. Biarkan ia belajar dan memperbaiki langkah-langkah yang ia pilih dengan cara sesuai apa yang ia kehendaki. Pengalamanlah yang akan menjadi guru terbaik baginya.

Melihat dari Berbagai Sudut Pandang

Tak ada salahnya juga kita mencoba memakai berbagai sudut pandang yang berbeda dalam melihat suatu hal agar mendapatkan banyak wawasan (views) mengenai hal tersebut, juga sebagai upaya untuk menumbuhkan sikap pengertian mengenai berbagai perbedaan persepsi yang ada.

Mencoba mengerti, melihat suatu hal yang terjadi dari berbagai sudut pandang memang tidaklah mudah. Tapi jika kita mencobanya, kita akan bisa lebih menghargai dan tak mudah menghakimi.

Apa yang kita pikir dan pilih adalah berbeda dari pikiran dan pilihan orang yang kita tuntut untuk sama dengan kita, jika orang lain tersebut tak pernah menuntut kita agar sama dengannya, mengapa kita masih bersikukuh untuk menuntutnya sama.
Bagaimana jika pikiran dan pilihan orang lain tersebut yang benar dibandingkan pikiran dan pilihan kita, maukah kita bertanggungjawab jika terus-menerus menuntutnya untuk sama dengan kita?.

Jika ternyata pikiran dan pilihan orang lain tersebut benar atau salah, ia sendirilah yang akan menanggungnya, bukan kita. Begitu juga jika kita menuntutnya untuk mengikuti apa yang kita pikir dan pilih, hanya ia sendiri pula yang akan menanggungnya, bukan kita.

Sejujurnya kita sendiri juga tak akan senang jika dituntut oleh orang lain agar selalu sama dengannya sebab kita mampu berpikir dan menentukan pilihan sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun