Mohon tunggu...
Nurkholis Ghufron
Nurkholis Ghufron Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alumni MI Darussalam Padar, Mts Darussalam Ngoro, Darussalam Gontor 94, berwirausaha, Suka IT...To declare does'nt mean to be Proud of. It rather than to be thankful to teachers and carefully behaviour...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tiga Macam Manusia di Hadapan Jokowi

8 September 2015   14:04 Diperbarui: 8 September 2015   14:07 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

#Ainurridho an kulli aibin kaliilatun

#Wa ainu assukhti tubdy al masaawiya.

Pandangan pecinta fanatis (terhadap yang dicintai) membutakan cacat yang melekat pada yang dicintainya.

Sebaliknya, pandangan pembenci fanatis (terhadap yang dibencinya) menutup kelebihan yang dimilikinya.

Syair dari pujangga Arab di atas, sorry saya memakai pujangga Arab karna saya bukan orang yang anti Arab dan mungkin di lain paragrap saya juga akan gunakan istilah Inggris karna saya juga tidak anti Barat. Syair ini memberikan gambaran bahwa sikap individu terhadap obyek atas dasar mabuk cinta dan benci ekstrim akan melumpuhkan objektivitasnya baik dalam sisi kiri maupun kanan. Sehingga orang yang mabuk tatkala mencintai idolanya maka ia akan ada pada fase tidak menyadari kekurangan idolanya dan kehilangan argumentasi untuk mengkritik kelemahannya sehingga daya nalarnya akan meredup kalau tidak mati sama sekali. Begitu pula, setali tiga uang, orang yang membenci membabi buta terhadap pribadi lain maka ia akan tiba pada fase membutakan pandangannya terhadap kelebihan yang ada pada pribadi tersebut .

Dalam kontek menyikapi kinerja Presiden Jokowi atau bahkan pribadinya, yakni presiden Republik Indonesia yang sah maka kita jumpai di media sosial satu golongan orang yang dengan membabi buta membelanya sehingga membutakan nuraninya dan tidak berempati terhadap sesamanya yang sekarang seperti sekarat karna dicekik oleh melambungnya harga daging, ayam dan telor belum lagi semua yang kita miliki akan terdevaluasi karna melemahnya rupiah terhadap dollar . Dalam sisi lain , ada orang yang dengan membabi buta menghujatnya sehingga membutakan nuraninya untuk melihat kenyataan bahwa masih ada kebaikan yang ada pada kita dan masih sangat mungkin bagi kita untuk melipatgandakan kebikan itu asal kacamata kebencian dilepaskan.

Kriteria dua orang di atas tidaklah akan bertemu sampai hari kiamat karna mereka seperti “Barzakhun Laa yabghiyaan” dua lautan yang tak melampau satu sama lain. Lantas bagaiman sikap kita terhadap pelbagai dinamika politik maupun sosial keagamaan yang menuntut kejelasan sikap kita seperti kasus ‘maudhuui’ sehingga kita mempunyai teman teman seperjuangan yang jelas dan mempunyai “konterpart” yang jelas ???: “al Wasath” Sikap tengah-tengah di antara dua belah pihak yang saya sebut diatas menyitir hadist Nabi ;”Khoirul Umuuri ausatuha” sebaik baiknya perkara adalah pada posisi tengahnya. Kita bisa memujinya sekali kali tapi tanpa harus malu atau menjadi rendah diri kita juga bisa mengkritiknya sekali kali tanpa menambah kesombongan . Effek sampingnya adalah kita bisa tidur nyenyak dalam segala suasana tidak seperti mereka yang harus bermandi keringat panas dingin manakala “peperangan batin” terjadi karna dinamika tak sesuai dengan kehendak batin. lebih jauh dari pada itu, bagi yang kokoh berada dalam posisi ini akan mendulang teman sebanyak banyak nya dalam berbagai realita dan menjadi manusia yang bebas karna dalam substansi kebenaran dalam memandang segala suasana ..seperti syair orang barat :

” Only the man who is in the truth is a free man”

Nurkholis Ghufron.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun