Mohon tunggu...
Nur Jannah
Nur Jannah Mohon Tunggu... Guru - Guru Penulis

Hobi membaca fenomena dan menulis alam, memasak, travelling dan merencanakan masa depan anak negeri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mati Suri

26 Februari 2023   18:52 Diperbarui: 26 Februari 2023   18:58 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suamiku terus tersenyum. Ia menghampiriku. Menjulurkan tangannya mengusap ubun-ubunku.

"Suamiku, maafkan aku, tolong maafkanlah aku, kuakui aku durhaka padamu. Beri aku kesempatan lagi. Maafkan suamiku, maafkan suamiku, maafkaaan suamikuuu!"

Aku menangis meraung-raung. Seribu penyesalan tak akan pernah bisa mengungkapkan rasa sedihku saat ini yang begitu memuncak. 

Mengapa aku selalu menyia-nyiakan kepemimpinan suamiku yang saleh.

"Suamikuuu, ampuni akuuu ...."

Tiba-tiba seberkas sinar keluar dari tubuhnya. Sinar putih yang sangat terang. Nampak wajahnya begitu berbinar. Suamiku berbahasa pada Tuhan tanpa kata-kata.

Kejadian itu berlangsung sekitar sepuluh menit atau lebih. Dan selama itu pula sinar putih terang itu semakin benderang. Aku menanti sambil terus sesenggukan.

Akhirnya Tuhan berkata, "Lepaskan dia. Lepas dia yang telah mendapat ridha suaminya."

Blas!

Dalam waktu sepersekian detik saja kedua sosok hitam yang memegangiku langsung hilang. Lalu Tuhan pergi.

Kuraih suamiku. Tapi aku terjatuh melumpruk. Dahiku mencium tanah. Seluruh sendi dan tulang belulangku seakan lepas. Aku seperti tak punya rangka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun