Mohon tunggu...
Nur Janah Alsharafi
Nur Janah Alsharafi Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang ibu yang menyulam kata dan rasa dalam cerita

ibu 4 anak dengan sejumlah aktivitas . Tulisan-tulisan ini didokumentasikan di blog saya : nurjanahpsikodista.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pensiun Tetap Bahagia

2 September 2019   03:23 Diperbarui: 2 September 2019   03:54 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SATU

Pensiun seringkali dipersepsikan sebagai suatu masa yang kurang menyenangkan dalam kehidupan manusia. Padahal pensiun sebenarnya merupakan sebuah episode dari realita kehidupan manusia yang sejak awal memutuskan untuk bekerja khususnya  pada suatu organisasi/korporat tertentu. Jika dulu  pensiun sering diidentikkan dengan masa lanjut usia, maka kini dengan kondisi ekonomi yang dinamik pensiun dini pun menjadi sesuatu yang lumrah. Bahkan tak jarang di usia muda , seseorang memutuskan untuk pensiun dini dengan alasan untuk mengembangkan usaha sendiri, mengembangkan kreaivitas/ide-idenya, tidak terikat dan banyak hal yang menjadi penyebab pensiun diri.

Jika saat ini anda memasuki masa pensiun atau memutuskan untuk pensiun dini , maka alangkah baiknya jika anda mencoba mempersepsikan pilihan anda tersebut secara positif. Banyak hal positif yang diraih  :

Anda menjadi  manusia merdeka (segala sesuatu, kemana dan bagaimana kehidupan anda benar-benar anda sendiri yang mengaturnya /tentu dengan kehendak Illahi Rabbi)

Anda lebih banyak mempunyai waktu bersama  keluarga (Banyak orang yang menginformasikan menjadi lebih bahagia kehidupan seksual perkawinannya setelah pensiun dini)

Sekalipun pensiun diidentikkan dengan stres, namun sebenarnya dengan pensiun dini anda sudah terbebas dari berpuluh stres lainnya (Stres mau rapat, stress karena dikejar deadline pekerjaan, stres dimarah bos dll)

DUA

Ada  beberapa fenomena menarik yang sering dialami para pensiunan . Yakinlah fenomena ini bukanlah sebuah penyakit mengerikan yang akan menghantui atau menghadang anda di pintu gerbang pensiun. Penyakit ini kalau boleh saya istilahkan sebenarnya adalah penyakit yang 'diciptakan' oleh para pensiunan sendiri.

Fenomena ini dapat saja tak dialami apabila para pensiunan , apabila sejak awal ia menyiapkan diri dengan senjata pamungkas untuk menghadapinya. Fenomena itu antara lain :

Kesepian (loneliness), fenomena ini dialami oleh para pensiunan yang tak mau terlibat pada aktivitas apapun setelah pensiun. Hari-hari yang dulu sibuk dengan pekerjaan tiba-tiba kosong dan sunyi hingga mereka merasa kesepian. Secara ekstrim fenomena ini juga disinyalir merupakan pencetus percobaan bunuh diri di Jerman dan beberapa negara Eropa lainnya

Depresi , murung, diam, mengisolir diri, pola pikir negatif dapat saja dialami apabila para pensiunan  yang mempersepsikan masa pensiun sebagai masa yang tak enak (Riset Jungmeen E.Kim & Phyllis Moen dari Cornell University)

Post power syndrome (Sindroma hilang kuasa)  merupakan suatu fenomena yang terjadi di mana penderita hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya.

Beberapa kasus post power syndrome yang berat diikuti oleh gangguan jiwa seperti tidak bisa berpikir rasional dalam jangka waktu tertentu, depresi yang berat, atau pada pribadi-pribadi introvert (tertutup) terjadi psikosomatik (sakit karena beban emosi tidak tersalurkan) yang parah

Tiga kondisi tersebut terjadi akibat pola pikir (kognitif), tipe kepribadian, pola kebiasaan seseorang . Oleh karena itu jika seseorang telah menyiapkan diri sejak awal untuk menghadapinya, tentu saja peluang terjangkit 3 fenomena tersebut akan makin kecil.

 TIGA

Bahagia dan pensiun, apakah kedua kata tersebut cocok untuk kita sandingkan ? Pasti banyak orang mengatakan ini mustahil. Mana mungkin kita bahagia jika kita telah memasuki masa pensiun?  Masa pensiun berarti:

Penghasilan rutin berkurang

Aktivitas rutin berkurang

Oleh karena hakekat  'Bahagia ' itu sendiri tak harus terkait dengan uang rutin maupun aktivitas rutin, maka peluang untuk tetap atau bahkan makin bahagia masih tetap ada . Untuk mencapai bahagia ketika pensiun, ada beberapa hal yang mestinya kita perhatikan :

Manajemen Personal

Lakukan personal Check up untuk kenal lebih dalam siapa anda sebenarnya. Melalui personal check up ini anda akan tahu persis segala sesuatu yang mesti ditata. Selanjutnya tata kembali (manajemeni) pola pikir, pola kepribadian dan pola kebiasaan anda. Pola pikir positif (memperkuat IQ  dan potitive thinking) , kualitas ibadah , kepribadian tangguh (memperkuat EQ/cerdas emosi, SQ/cerdas hati nurani. AQ/cerdas ketegaran/strategi) , pola kebiasaan (kembangkan kebiasaan efektif) termasuk kesehatan tentunya.

Manajemen Sosial

Lakukan sosial check up untuk lebih kenal lingkungan sosial anda selama ini, kiprah sosial bahkan jejaring yang telah anda bina. Selanjutnya tata kembali kehidupan sosial anda : Teman, sanak keluarga, sahabat, organisasi  , klub dan sebagainya. Kembangkan jejaring (network), saat ini jejaring inilah tak jarang ikut menentukan sukses tidaknya seseorang dalam kiprah kehidupannya.

Manajemen Finansial

Lakukan finansial check up untuk tahu persis kondisi finansial anda dan keluarga. Berapa utang-utang anda ?  Berapa pengeluaran rutin anda sekeluarga  ? Aset apa saja  yang telah kita miliki ? Investasi apa yang akan anda pilih dengan sejumlah besar pesangon yang anda terima (investasi bisa diartikan sebagai suatu tindakan untuk mengembangkan nilai aset yang kita miliki ) ? Jika anda ingin terjun dalam dunia usaha/membuka usaha sendiri, beberapa konsultan keuangan menyarankan komposisi 30%:70% (investasi bukan usaha :investasi usaha) agar anda tetap aman.

Senantiasa bersyukur kepada Allah swt serta menerima setiap episode taqdirNya, juga merupakan kunci kebahagiaan yang sebenarnya. Jadi meskipun pensiun telah tiba , tetap juga ucapkan Alhamdulillah

Batoh,  2 September 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun