Mohon tunggu...
Nur Janah Alsharafi
Nur Janah Alsharafi Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang ibu yang menyulam kata dan rasa dalam cerita

ibu 4 anak dengan sejumlah aktivitas . Tulisan-tulisan ini didokumentasikan di blog saya : nurjanahpsikodista.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Transformasi dari "Gada" Menjadi "Cinta"

13 Oktober 2017   12:26 Diperbarui: 13 Oktober 2017   12:41 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Penyebab lainnya yang perlu dikaji lebih mendalam adalah media . Media dalam hal ini adalah internet, televisi, audio bahkan media cetak (surat kabar, majalah, buku-buku ) dan sebagainya. Posisi media dapat pada posisi traumatic event, conditioning event & precipitating event[2] . Ekspose kekerasan di media merupakan menu indera yang menstimulasi indera pemirsanya baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu penyebab meningkatnya karakter agresif pada manusia antara lain adalah konsumsi agresivitas yang diperolehnya dari berbagai tayangan baik  cetak maupun elektronik.

Sajian agresif tidak serta merta langsung berpengaruh pada pemirsanya, namun tergantung dari frekuensi dan intensitasnya. Dalam beberapa penelitian juga ditemukan adanya kausalitas terbalik yang menyatakan bahwa tipe pemirsa agresif cenderung akan mencari dan menikmati tayangan agresif. Meskipun demikian kita tak bisa memandang sebelah mata bahwa ternyata anak-anak kita 'belajar agresif' dari tokoh idolanya yang diambil dari film , kartun bahkan game yang dinikmatinya sehari-hari[3]

Jangan dibayangkan pelaku KDRT itu sosok yang seram dan kejam membawa gada untuk memukul  bahkan hingga membunuh. Bayangan anda tersebut bisa jadi persis namun bisa jadi jauh bertolak belakang. Kita tak habis pikir mengapa seorang laki-laki santun, alim, lembut, berpendidikan tinggi (Doktor) dan berprofesi sebagai pendidik ternyata mampu menyakiti dan membunuh istrinya sendiri (kasus pembunuhan pegawai BRI Padang  , april 2015).

Saparinah Sadli  (dalam Panani, 2013) mengemukakan beberapa tipologi pelaku KDRT , tipe tersebut adalah sebagai berikut : 1). Tipe pencemburu  yang posesif dan sangat tergantung pada pasangan , 2). Tipe agresif yang setiap bertengkar selalu diselesaikan dengan kekerasan, 3).  Tipe dominan dan tidak menyukai apabila istri terlihat independen, mandiri, karena dianggap tidak menghormati suami. Pada tipe ini jika dominansinya terusik maka kekerasan akan mudah terjadi,

4).  Tipe yang dependen dan pasif menerima apa saja yang dilakukan istri, suatu saat bisa berubah dengan tidak kekerasan pada istri, 5).  Tipe depresi yang inferior, berpikir negatif dan tertekan. Tipe ini awalnya menjalin relasi yang baik dengan pasangan namun bisa saja tiba-tiba melakukan kekerasan. , 6). Tipe temperamental  yang merasa berhak untuk melakukan apa saja, termasuk hilang kontrol melakukan kekerasan baik fisik maupun emosional. Ketika ia sadar ia akan minta maaf menghibah-hibah pada istri. Sifat temperamental ini akan berulang terus menerus.

Tipologi Pelaku KDRT oleh Holtzworth-Munroe dan Stuart (dalam Margaretha, 2015), dimana dijelaskan ada 3 tipe pelaku: 1) pelaku kekerasan hanya terbatas dalam keluarga (family only), biasanya memiliki kepribadian pasif-tergantung ,  2) pelaku kekerasan disforia/ambang (dysphoric/borderline),  tipe ini menunjukkan gejala depresi, frustrasi dan sangat mudah terpancing emosinya, beberapa pelaku menunjukkan gangguan kepribadian serta mengkonsumsi narkoba atau zak addiktif lainnya,   dan 3) Tipe antisocial, yang memiliki kepribadian antisocial, mereka melakukan kekerasan di dalam maupun di luar rumah tangga.

Topeng kewarasan (The mask of sanity) yang digunakan oleh  pelaku memungkinkannya menampilkan diri sebagai pribadi yang sehat, waras, sukses dan mempesona. Bahkan tak jarang ia dapat dengan baik memerankan diri sebagai sosok yang alim dan 'sholeh'. Topeng yang 'sempurna' mampu menjungkirbalikkan fakta seorang 'korban' yang berubah menjadi 'pelaku'  Selain itu topeng ini juga dapat mengecoh masyarakat bahkan polisi sekalipun sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dan intens untuk dapat membuka topeng tersebut.

Metamorfosa : dari 'gada' menjadi 'cinta'

Jika ulat yang  gatal & menjijikkan dapat bermemorfosa menjadi kupu-kupu yang indah & menarik, mengapa tidak sosok manusia pelaku KDRT yang dimetaforakan sebagai 'gada' (pemukul) bermetamorfosa menjadi sosok yang penuh 'cinta'. Untuk mengubah 'ulat' menjadi 'kupu-kupu' , 'loyang' menjadi 'emas' , 'gada' menjadi 'cinta' , perlu perhatian khusus terhadap beberapa hal berikut : 1). Pemrograman kembali(re-programming) , pada proses ini akan diuraikan "sesuatu yang telah dicetak" (imprint) sejak lama (apalagi sejak dini) diuraikan kembali .

Walaupun imprint seolah tak dapat diubah, namun ternyata oleh  Timothy Leary  dapat dilakukan  pemrograman kembali (Wikipedia). Sehingga perlu suatu optimisme untuk membumikan paradigma kesetaraan tersebut[4]. Pemrograman kembali pola pikir, emosi dan perilaku korban maupun pelaku menjadi suatu keniscayaan jika memang kita sepakat untuk menekan angka KDRT sekecil mungkin. Proses ini dapat dilakukan dalam bentuk  intervensi individu , kelompok maupun massa,

2). Penguatan keluarga , pada proses ini dilakukan penguatan terhadap makna dan hakekat keluarga itu sendiri kepada para anggotanya. Sehingga sinergi antar anggota keluarga terjalin untuk secara bersama melangkah mencapai tujuan[5], 3). Membangun kesehatan raga & jiwa dalam rumah tangga sangatlah perlu untuk mencegah terjadinya KDRT. Raga yang sehat dibangun dengan asupan kebiasaan raga yang positif seperti makanan yang halal & thayib serta olah raga secara teratur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun