Mohon tunggu...
Nurina Wahyu A
Nurina Wahyu A Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa di Universitas Kanjuruhan Malang

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Analisis Cerpen "Apakah Manusia Kekal?" Karya Linda Kartika Sari

13 Desember 2020   17:28 Diperbarui: 13 Desember 2020   17:33 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Cerpen "Apakah Manusia Kekal?" karangan Linda Kartika Sari yang menceritakan dua tokoh yaitu gadis penjual bunga yang bernama Lail dan pria bertopi gelap yang bernama Darwis. Lail adalah gadis penjual bunga. Ia sedang merangkai bunga yang mendadak disibukkan dengan permintaan bunga yang tidak sedikit. 

Lonceng berbunyi. Lail berdiri didepan meja kasir, seorang pria berperawakan jangkung memakai topi gelap berdiri dihadapannya. Sepertinya pria ni begitu sibuk hingga enggan membuang waktu walau sedetik saja. Pria ini adalah Darwis. Lail memberi sapaan kepada Darwis. Ketika Lail baru saja menyapa, seketika Darwis memotong sapaan Lail dan membuat Lail malu dan kesal. Darwis menanyakan "Bunga apa saja yang kau punya disini?". Lail menjawab macam-macam bunga yang ia jual, belum selesai mengatakan kembali pria itu memtong ucapan Lail. Lail menghela nafas demi menahan emosi yang bergejolak dalam dadanya.

Darwis meletakkan beberapa lembar uang dan alamatnya kepada Lail. Darwis ingin Lail mengantarkan bunganya dalam lima belas menit. Kemudian Lail tiba pada alamat yang dituju. Lail kagum dengan rumah yang tampak menyatu dengan alam, sepertinya pria itu pecinta flora. Darwis keluar dan menyuruh Lail masuk kedalam rumah dan berkata "Istriku belum bangun dari tidurnya, aku akan memberikan bunga ini. Pasti ia akan langsung bangun". 

Mereka memasuki sebuah kamar. Lail memandang ke arah wanita yang masih terpejam disana namun bukan diatas ranjang melainkan di atas peti.

Seketika Darwis si dingin itu melunak mengatakan "Aku sungguh tidak tahu, bagaimana membangunkan dia. Katanya, edelweis adalah bunga keabadian. Kata istriku, jika kita menyimpan bunga itu cinta dan nyawa akan abadi." 

Lail membuka suara "Tuan, pantaskah dipertanyakan kembali apakah manusia itu kekal? Sementara kau sudah jelas mengetahuinya, jika kekal hanya milik Tuhan? Kita tidak bisa terpaku dengan makna suatu benda entah itu bunga atau benda antik. Bunga adalah bunga, tugas mereka adalah memperindah, menyeimbangkan alam dengan mahkota mereka. Soal keabadian...edelweis akan mati juga."

Darwis terpaku dengan ucapan Lail. Lail yang tersenyum canggung dan ditanggapi senyum tipis Darwis.

Analisis :

Didalam cerpen tersebut pengarang menyampaikan gagasannya yang mempunyai tujuan untuk seseorang atau pembaca bahwa keabadian dan kekekalan hanyalah milik Tuhan, terdapat pada kutipan

".... sementara kau sudah jelas mengetahuinya, jika kekal hanya milik Tuhan. Kita tidak bisa terpaku dengan makna suatu benda entah itu bunga atau benda antik. Bunga adalah buna, tugas mereka adalah memperindah, menyeimbangkan alam dengan mahkota mereka. Soal keabadian...edelwies akan mati juga."

Dapat disimpulkan bahwa kita sebagai makhuk hidup semua pasti akan mati. Kekekalan dan kebadian hanyalah milik Tuhan. Jangan berpegangan pada benda yang memiliki makna atau benda-benda antik. Kita harus menerima segala sesuatu yang didapatkan dengan keikhlasan dan lapang dada. Karena sebagai manusia, kita tidak bisa mengubah kenyataan yang telah terjadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun