Mohon tunggu...
Nuril Mufarroha
Nuril Mufarroha Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wanita Paling Cantik

28 November 2019   21:35 Diperbarui: 28 November 2019   21:40 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di sebuah perkumpulan, Rosululloh bertanya kepada para sahabat : "Siapakah wanita yang paling bagus (mulia)?" atau dengan kata lain siapakah wanita yang paling cantik itu? Para sahabat Nabi bingung menjawab. Dalam hati mereka pasti ada yang berfikir wanita yang paling cantik mungkin dilihat dari sholatnya, mungkin juga puasanya. 

Semua masih berkata mungkin -- mungkin, pada bingung menoleh kesana -- kemari tidak bisa menjawab wanita mulia itu seperti apa.  Sayyidina Ali pun tidak bisa menjawab. Akhirnya semua pulang ke rumah masing -- masing.

Sesampai di rumah, seperti kebiasaan wanita sholehah, ketika suaminya datang langsung bertanya dapat ilmu apa bukan dapat duit berapa, Sayyidah Fatimah Az -- Zahro langsung bertanya kepada sayyidina Ali "wahai suamiku, apa yang engkau dapatkan hari ini dari ayahanda, Rosululloh?"

Sayyidina Ali menjawab "kami mendapat banyak, tapi kami juga mendapat banyak pertanyaan -- pertanyaan yang kami tidak bisa menjawab." "pertanyaan apa?". " pertanyaannya adalah wanita yang paling mulia itu seperti apa?". Sayyidah Fatimah langsung menjawab "aku yang punya jawabannya". "apa??"

Lalu dibisikkanlah jawaban itu di telinga Sayyidina Ali, seketika itu wajah sayyidina Ali berbinar -- binar, wajahnya berseri -- seri karena senang telah menemukan jawabannya. "aku menemukan jawaban, pasti aku nanti dibanggakan Rosululloh karena sudah punya jawaban".

Esok harinya para sahabat bertemu lagi dengan Rosululloh. Beliau kembali bertanya, "siapa yang sudah punya jawaban?" para sahabat masih bingung, tiba -- tiba Sayyidina Ali berkata "kami sudah punya jawabannya ya Rosululloh". "baiklah siapa wanita yang paling bagus?".

"wanita yang paling bagus adalah wanita yang tidak pernah melihat laki -- laki, dan tidak pernah dilihat oleh laki -- laki." Rosululloh pasti sudah tahu siapakah yang memberi tahu jawaban itu. "siapa yang memberi tahumu?" Sayyidina Ali malu, "yang memberi tahu pasti orang yang dekat denganmu Ya Rosululloh, Sayyidah Fatimah yang telah membisikkan bahwasanya wanita yang paling mulia adalah wanita yang tidak pernah melihat laki -- laki, dan tidak pernah dilihat oleh laki -- laki."

Lalu maknanya apa? wanita paling mulia adalah wanita yang tidak senang bahkan tidak nyaman apabila dilihat laki -- laki, dan tidak penasaran ketika melihat laki -- laki, malu ketika dilihat, itu tanda ada iman di dalam hatinya. Bukan berarti wanita yang baik adalah wanita yang mengurung diri di rumah, dan tidak keluar dari rumah sama sekali agar terjaga pandangannya dari laki -- laki, bukan seperti itu.

Keluar, tetapi dengan cara yang wajar, bersama mahram, tidak berdandan pamer, sederhana, tetapi apabila diperhatikan laki -- laki merasa risih hatinya. Kalau sekarang ada wanita yang merasa seperti itu, berarti dia adalah pecinta Sayyidah Fatimah Az -- Zahra sesungguhnya.

Sekarang sudah jarang dijumpai wanita seperti itu, kebanyakan wanita keluar ingin pamer apa yang ia miliki. Nah maksud dari tidak dilihat dan melihat adalah menjauhkan dari hatinya rasa senang, pamer dandanannya, bahkan suara pun dijaga. Sayyidah Fatimah Az -- Zahra sangat menjaga suaranya dan pemalu.

Suatu ketika beliau ada di teras rumah dengan Asmah binti Umair, bekas istri Ja'far At -- Tayyar. Di saat itu ada jenazah yang lewat, melihat jenazah itu, lalu sayyidah Fatimah langsung menangis tersedu -- sedu, sampai Asmah ketakutan. "Kenapa engkau menangis seperti itu wahai pinta Rosulillah?" tanya Asmah.

Baru setelah nangisnya mereda, beliau menjawab "aku menangis karena aku pasti akan mati". "tentu engkau akan mati, semua orang punn juga akan mati". "bukan soal kematian, tapi aku tidak ingin seperti itu". "kenapa jenazah itu?".

"Lihat semua orang yang meninggal pasti  akan diperlakukan seperti itu, dibungkus dengan kain kafan, lalu diangkat di kepalanya manusia, lekuk -- lekuk tubuhnya terlihat, alangkah malunya aku nanti jika aku meningal lalu diangkat di atas kepala manusia lalu lengkuk -- lengkuk tubuhku terlihat".

Jadi yang paling difikirkan oleh Sayyidah Fatimah bukan sebuah kematiannya, melainkan malu  karena lengkuk tubuhnya. MasyaAllah!

Lalu Asmah bercerita "Wahai Fatimah, waktu aku di Habasyah, aku melihat ketika ada orang meninggal, itu dibuatkan sebuah kotak lalu jenazahnya dimasukkan ke kotak itu kemudian ditutup pelepah kurma sehingga tidak kelihatan". Istilah tersebut saat ini bisa kita sebut dengan keranda.

Mendengar jawaban dari  Asmah tersebut, Sayyidah Fatimah langsung senang dan tampak ada kegembiraan di raut wajahnya. "Asmah, aku berwasiat ketika aku meninggal nanti tolong buatkan aku seperti itu.

Akhirnya setelah Sayyidah Fatimah meninggal, Asmah sendirilah yang membuatkan Sayyidah Fatimah sebuah keranda sesuai dengan apa yang diwasiatkan kepadanya. Inilah yang disebutkan dalam sejarah bahwasanya orang yang pertama kali memakai keranda dalam islam adalah Sayyidah Fatimah Az -- Zahro.

Bukan dari siapa yang pertama, tetapi yang dimaksud adalah menjaga sebuah kehormatan. Padahal jika sudah meninggal kelihatan auratnya pun tidak menanggung dosa. Akan tetapi rasa malu Sayyidah Fatimah Az -- Zahro sampai mengantarkan beliau untuk berwasiat kalau meninggal nanti agar dibuatkan yang demikian ini. Adapun wasiat lain dari Sayyidah Fatimah Az -- Zahro yaitu agar dikuburkan malam hari, karena beliau takut dan tidak ingin dilihat oleh orang lain.

Inilah Sayyidah Fatimah Azz -- Zahra, rasa malunya luar biasa yang merupakan pendidikan yang telah diajarkan oleh Rosululloh SAW. Kita sebagai wanita harus banyak -- banyak mencontoh beliau. Rasa malu itu mahal, kalau rasa malu dicabut dari diri seseorang, maka semua akan dilakukan dari keharaman.

Rasa malu adalah kemuliaan, malu yang sesungguhnya adalah malu kepada Allah, malu ketika melakukan maksiat dan malunya seorang wanita itu adalah sebuah kemuliaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun