Mohon tunggu...
Nuril Izzati
Nuril Izzati Mohon Tunggu... Penjahit - Ibu dari 3 orang anak

Dunia ibarat surga bagi orang kafir, tapi penjara bagi orang beriman

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Utang Bungkam Suara Pembelaan

25 Desember 2018   13:32 Diperbarui: 25 Desember 2018   13:50 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah menjadi rahasia umum bila pemerintah Indonesia saat ini memiliki banyak utang kepada pemerintah China. Per Januari tahun 2018 tercatat pemerintah Indonesia telah berutang kepada pemerintah China sebesar US$ 16 milyar atau setara dengan Rp.232 Triliun (US$ 1= Rp.14.500,-).

Utang yang membengkak disinyalir menjadi salah satu penyebab bisunya pemerintah terhadap kedzaliman yang dilakukan oleh pemerintah China kepada saudara seiman kita, muslim Uighur. Padahal penindasan demi penindasan terus dilakukan pemerintah China. Bahkan  salah satu komite PBB mengklaim bahwa ada sekitar 1 juta muslim  Uighur telah ditahan di sebuah tempat yang disebut sebagai kamp re-edukasi.

Pemerintah China berdalih bahwa kamp tersebut ditujukan untuk mengatasi ekstremisme lewat "perubahan pemikiran".  Di dalam kamp tersebut muslim Uighur dipaksa untuk menyanyikan lagu "Tanpa Partai Komunis, Tidak Akan Ada China yang Baru". Sebuah lagu yang sangat bertentangan dengan akidah Islam.

Selain itu, pemerintah China juga menetapkan beberapa aturan yang melanggar kebebasan sebagai seorang muslim. Beberapa diantaranya adalah, melarang muslim Uighur untuk memberikan  nama islami bagi anak-anak mereka, melarang memanjangkan jenggot, melarang berpakaian panjang bagi wanita, melarang menyebarkan konsep halal pada berbagai hal di luar makanan, bahkan hanya sekedar menolak menonton TV pemerintah pun dilarang. dan masih banyak lagi.

Penahanan-penahanan juga banyak terjadi tanpa dakwaan yang jelas. Bahkan bantuan hukum pun tidak mereka dapatkan. Alhasil banyak anak yang harus berpisah dengan orang tuanya. Tanpa ada kejelasan kapan mereka bisa berkumpul kembali.

Namun nampaknya sederet penindasan tersebut belum cukup menjadi alasan bagi pemerintah Indonesia untuk memberikan pembelaannya kepada Muslim Uighur. Padahal sebagai penyandang status  negara muslim terbesar di dunia, diharapkan  mampu memberikan pembelaan dan pertolongan yang berarti pada kaum muslimin yang tertindas dimanapun mereka berada, termasuk muslim Uighur di China.

Namun nyatanya tidak demikian. Negara berpenduduk  Muslim terbesar ini seolah tak mampu berbuat apa-apa di hadapan sang pemberi utang, China. Prajurit gagah perkasa yang berbaris rapi pada faktanya tak mampu membebaskan saudaranya dari kedzaliman yang mendera. Alat-alat tempur canggih yang berjejer pun  tak mampu getarkan  para penindas China.

Rasa sungkan pada pemberi utang nampaknya lebih mereka khawatirkan ketimbang seruan Al Qur'an  yang jelas memerintahkan,

"Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama maka kalian wajib memberikan pertolongan" (TQS al-Anfal [8]: 72).

Lebih dari itu Rasulullah pun berpesan bahwa sesama kaum muslimin itu bersaudara dimana sudah seharusnya sesama saudara itu saling membela dan menolong bila ada yang teraniaya.

Hendaknya penguasa negeri muslim terbesar ini lebih takut kepada Allah dan bersegera memenuhi seruan Allah dan Rasulullah untuk membantu Muslim Uighur dan membuang jauh-jauh rasa sungkan kepada China walau mereka telah memberi utang dan berinvestasi  pada negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun