Mohon tunggu...
Nuriah Muyassaroh
Nuriah Muyassaroh Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Penulis adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang jurusan akuntansi yang menekuni dunia kepenulisan baik fiksi maupun non fiksi. Penulis juga berpengalaman menjadi penulis freelance di salah satu media online.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pengabdian di Tanah Pelosok

2 Februari 2019   21:50 Diperbarui: 2 Februari 2019   22:06 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Teetttttt...." Jam istirahat berbunyi pertanda pelajaran sesi pertama telah selesai.

***

"Kak Adev.. kita mau buat apa sekarang, Kak,"Teriak Nia yang sangat suka memanggil nama Adev. Sedang yang lain hanya nyengir melihat tingkah Nia yang seolah berusaha menarik perhatian Adev. Apalagi Dimas, terlihat jelas bahwa ia sangat geram dengan tingkah Nia. Aku ingin tertawa rasanya.

"Jadi  sekarang kita mau membuat kerajinan tangan yaitu vas bunga dari botol aqua. Ini kita sudah menyiapkan botolnya kalian tinggal menghias yaa...."

Aku dan Adev mulai membagi botol dan potongan daun untuk hiasan secara merata. Tak lupa beberapa peralatan yang dibutuhkan, secara isolasi, gunting, dan lainnya. Awalnya, mereka kami ajari terlebih dahulu bagaimana menempelkan susunan daun yang sesuai dengan vas yang sudah jadi. Sengaja kami membuat terlebih dahulu agar memudahkan mereka.

Dengan semangat, mereka pun mulai berkreasi. Sempat terjadi pertengkaran antara Dimas, Cahyo dan beberapa teman perempuannya. Mereka merebut dedaunan bagian yang lain dengan paksa karena milik mereka habis terlebih dahulu. Kekacauan pun terjadi.

"Kak, daun punyaku diambil Dimas sama Cahyo, Kak,"Rengek Sella dengan sebal. Bola matanya mulai berkaca-kaca.

"Punyaku juga, Kak. Isolasinya dipakai sendiri sama mereka, Kak," Sahut Nia yang juga menjadi korban dari kejailan mereka berdua.
Sedang Cahyo dan Dimas malah asyik sendiri menghias vas bunganya, seakan tak punya dosa.

Aku menghela nafas, kurasa lelah meladeni mereka berdua. Kubiarkan Adev yang bertindak, mereka lebih akrab dan patuh patuh padanya.

"Dimas, Cahyo, isolasinya dikasihkan temannya juga ya, nanti kalau mereka nggak selesai gimana? Ayo.. dibagi yaa..." bujuk Adev dengan halus.
Dimas seketika langsung melempar isolasi dengan kasar pada wajah Nia. Begitu pun dengan Cahyo, ia menyerahkan seluruh dedaunannya dengan wajah kesal. Tapi sebenarnya, mereka bersedia menyerahkan karena miliknya telah selesai. Huffttt.....

"Ih manja banget sih, kamu. Dikit-dikit lapor. Nih isolasinya habisin semua. Makan aja sekalian," bentak Dimas dengan mata melotot. Lalu keluar ruangan dengan diikuti Cahyo di belakangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun