Salam rindu buat Si Mbok
Di Lereng Kaki Gunung Merapi
Sungkem ananda buat Si Mbok nun jauh di sana
Mbok,
Ketika mendengar kabar bahwa Gunung Merapi meletus dan mengeluarkan awan panas hingga 52 kali, dengan jarak luncur terjauh hingga 3.000 meter, aku Kembali teringat akan dirimu, Mbok.
Sekian puluh tahun tak mendengar kabar dan kondisi Si Mbok lagi. Entah bagaimana kau bertahan dalam hidup dengan kondisi bencana seperti saat ini. Padahal anak lelakimu sudah lama meninggalkanmu karena telah dipanggil oleh Sang Pemilik Hidup.
Sementara aku sebagai sahabat anak lelakimu tak pernah mampu berbuat apa-apa lagi sejak kepergiannya. Aku hanya bisa mengenang saat pertama dan terakhir kalinya bertamu ke rumahmu di lereng kaki gunung Merapi ketika menghadiri pemakaman anak lelakimu yang juga untuk penghormatan terakhir kalinya sebagai seorang sahabat.
Mengenang semua itu, aku semakin merasa bersalah. Sesak rasanya dada ini. Aku bukanlah seorang sahabat yang baik. Aku hanya sibuk dengan urusan pribadi dan pekerjaanku. Tanpa pernah mencari tahu lagi keberadaanmu. Hiks ...
Mbok,
Maafkan, jika selama ini aku ingin melupakan kepahitan yang telah dialami oleh anak lelakimu hingga merenggut nyawanya. Sungguh sudah tidak manusiawi lagi orang yang telah tega melakukan perbuatan sekeji itu padanya.
Anak lelakimu yang belum lama merasakan nikmatnya kehidupan di dunia ini, harus menerima perbuatan jahat dari seseorang yang ditolak cintanya. Padahal itupun sebenarnya tanpa ia sengaja karena memang ia tak pernah tahu. Semua itu akibat ulah sahabatnya yang melakukan hal yang fatal akibatnya bagi anak lelakimu.Â