Karakter sangat dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan belajar siswa. Individu berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang telah dibuat.
Karakter baik bagi siswa sangatlah penting. Hal itu semakin terasa tatkala berada di era daring seperti saat ini akibat pandemi Coronavirus Disease (Covid-19). Terutama bagi siswa SMP yang tengah melaksanakan pembelajaran dari rumah.
Cara pembentukan karakter baik bagi siswa agar kelak bisa menjadi warga masyarakat yang berkepribadian baik, yang bersikap dan perilaku religius, toleran, jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, tanggung jawab, mandiri, demokratis, menghargai karya orang lain dan cinta damai adalah melalui penerapan disiplin tata tertib sekolah. Sementara hal itu sulit diterapkan dalam pembelajaran via daring seperti saat ini.
Pembelajaran dari rumah yang dilaksanakan dengan model daring via berbagai aplikasi jarak jauh maupun medsos semakin menampakkan karakter masing-masing siswa. Apalagi di grup WhatsApp. Sementara komunikasi antara guru dan siswa yang paling intens salah satunya di grup WhatsApp.
Namun bagi siswa yang karakternya kurang baik karena belum mampu menerapkan disiplin tata tertib sekolah akan melakukan hal-hal yang membuat guru yang berada dalam grup terpancing emosinya.
Mereka belum bisa membedakan antara komunikasi dengan teman dan komunikasi dengan guru. Apalagi komunikasi melaui bahasa tulis. Hal ini dirasakan oleh semua guru SMP, terutama wali kelas. Karena wali kelaslah yang berada di garda terdepan sebagai pemandu pembelajaran siswa via daring.
Beda dengan pembelajaran secara langsung/bersemuka. Siswa masih memiliki rasa takut, segan, atau malu dengan teman-temannya. Belum lagi ditambah dengan sentuhan-sentuhan nurani, ekspresi wajah, gerakan tubuh dari seorang guru. Semua itu menumbuhkan rasa empati, sayang, bahkan rasa iba.
Segala rasa itu akan sulit muncul/tumbuh pada pembelajaran via daring. Di sini semakin dirasakan bahwa kehadiran seorang guru dalam pembelajaran bersemuka tidak bisa digantikan 100% dengan pembelajaran via daring. Secanggih apapun teknologi yang digunakan.
Menurut Imam Al-Ghazali, salah satu adap siswa terhadap guru selayaknya tidak banyak berbicara di depan guru. Banyak berbicara bisa berarti merasa lebih tahu daripada orang-orang di sekitarnya. Apabila hal ini dilakukan di depan guru, maka bisa menimbulkan kesan seolah-seolah siswa lebih tahu daripada gurunya. Hal ini tidak baik dilakukan kecuali atas perintah guru atau guru yang memintanya.