Mohon tunggu...
Siti Nur Hasanah
Siti Nur Hasanah Mohon Tunggu... Administrasi - Guru/PNS

Istri/Ibu/Guru yang senantiasa melangitkan doa yg terbaik. Silahkan follow blog saya: http://nurhasanahsmpn5.blogspot.com/ twitter: @SitiNHS / Facebook: Siti Nur Hasanah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Sibuk dengan Kepentingan Pribadi

28 Mei 2018   23:26 Diperbarui: 28 Mei 2018   23:28 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap umat muslim yang beriman selalu mengharapkan kehadiran Bulan Ramadhan. Mereka semua berdoa agar bisa bersua dengan Bulan Ramadhan. Semua ingin menyambutnya dengan suka cita. Bulan yang penuh berkah dan maghfiroh.

Konon, Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya sudah mengharap-harap kehadiran bulan Ramadhan sejak masuknya bulan Sya'ban. Bulan yang terletak setelah bulan Rajab dan sebelum bulan Ramadhan. Beliau mengisinya dengan memperbanyak berpuasa sebagai persiapan menghadapi bulan Ramadhan.

Untuk itu sebagai umat muslim yang beriman, kita memang seharusnya lebih meningkatkan kualitas ibadah kita di Bulan Ramadhan. Bukan hanya kualitas ibadah puasa kita, tetapi juga ibadah-ibadah yang lain. Membaca Al-Qur'an, Sholat Taraweh, Witir, Tahajjud, dan sholat-sholat Sunnah lainnya, yang terkait dengan hubungan kepada Allah (hablumminAllah).

Namun demikian, kita tetap tidak boleh mengesampingkan ibadah-ibadah yang lain. Terutama ibadah yang terkait dengan hubungan antarmanusia (hablumminannas). Misalnya peduli terhadap saudara/tetangga/sahabat yang kelaparan, bersedih, atau sedang sakit.

Seperti cerita pada zaman dahulu bahwa ada seorang ahli ibadah yang bernama Abu bin Hasyim yang kuat sekali tahajjudnya, bisa diambil hikmahnya. Bertahun-tahun dia tidak pernah meninggalkan sholat Tahajjud, tetapi ternyata namanya tidak tercantum dalam buku catatan para hamba pecinta Allah SWT, yang sedang dipegang oleh Malaikat yang menghampirinya.

Awalnya dia merasa bangga dan bahagia sekali karena didatangi oleh Malaikat. Dia berpikir bahwa dia termasuk orang yang istimewa dan dicintai oleh Allah. Namun setelah tahu bahwa namanya tidak tercantum dalam buku catatan para hamba pecinta Allah, dia pun gemetar dan menangis sampai jatuh tersungkur di depan Malaikat tersebut. 

Dia protes mengapa namanya tidak tercantum. Padahal dia ahli ibadah. Tidak pernah meninggalkan sholat Tahajjud dan selalu bermunajat kepada Allah SWT di sepertiga malam, setiap hari. Lalu Malaikat pun menjelaskan bahwa namanya tidak tercantum dalam buku catatan para hamba pecinta Allah SWT karena dia hanya menyibukkan diri dengan kepentingan pribadinya.

Sholat, puasa, berdzikir, itu semua merupakan ibadah untuk kepentingan diri sendiri. Dengan sholat kita bisa terpelihara dari perbuatan keji dan mungkar. Puasa untuk melatih memerangi hawa nafsu diri sendiri. Berdzikir membuat hati kita tenang. Itu semua ibadah untuk diri sendiri yang berhubungan hanya dengan Allah semata (hablumminAllah). Sementara ibadah yang terkait dengan manusia sebagai ciptaan Allah (hablumminannas), dikesampingkan. Oleh sebab itu, Abu bin Hasyim tidak digolongkan sebagai hamba pecinta Allah SWT karena belum membuat Allah senang.

Jika ingin digolongkan sebagai para hamba pecinta Allah SWT, kita juga harus beribadah yang membuat Allah senang. Seperti bersedekah, infaq, serta berbuat kebaikan kepada manusia karena hal tersebut yang membuat Allah senang. Dalam Surat Al Baqoroh disebutkan: "Tatkala engkau membahagiakan orang yang sedang susah, AKU hadir di sampingnya dan AKU akan mengganti dengan ganjaran 700 kali."

Jika kita sibuk dengan ibadah ritual dan bangga akan hal itu, maka itu tandanya kita hanya mencintai diri sendiri, bukan Allah. Tapi, jika kita berbuat baik dan berkorban untuk orang lain, maka itu tandanya kita mencintai Allah dan tentu Allah pun senang. Sebagaimana kata Imam Al Ghazali dalam Kitab Mukasyafatul Qulub: "Buatlah Allah senang, maka Allah akan limpahkan rahmat-Nya dengan membuat hidup kita lapang dan bahagia." (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun