Mohon tunggu...
Nur Hikmah
Nur Hikmah Mohon Tunggu... Lainnya - universitas mulawarman

hobi menonton film dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Film

Film "Kartini" Mengangkat Tema Feminisme, Perjuangan Bebas dari Belenggu Patriaki

23 September 2022   06:31 Diperbarui: 23 September 2022   07:33 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film kartini mengangkat tema feminisme,perjuangan bebas dari belenggu patriaki

Film ini adalah kisah nyata perjuangan Kartini, pahlawan wanita yang paling populer di Indonesia. Di Indonesia awal tahun 1900 Masehi, Wanita tidak diperbolehkan memperoleh pendidikan yang tinggi, bahkan untuk para Ningrat sekalipun. Wanita Ningrat Jawa saat itu hanya diharapkan menjadi Raden Ayu dan menikah dengan seorang pria Ningrat. Kartini tumbuh dengan melihat langsung bagaimana Ibu Kandungnya, Ngasirah menjadi orang terbuang di rumahnya sendiri, diangggap pembantu hanya karena tidak mempunyai darah ningrat. Ayahnya, Raden Sosroningrat, yang mencintai Kartini dan keluarganya juga tidak berdaya melawan tradisi saat itu.

Kartini berjuang sepanjang hidupnya untuk memperjuangkan kesetaraan hak bagi semua orang, dan hak pendidikan bagi semua orang, terutama untuk perempuan. Bersama kedua saudarinya, Roekmini dan Kardinah, Kartini membuat sekolah untuk kaum miskin dan menciptakan lapangan kerja untuk rakyat di Jepara dan sekitarnya. Film Kartini ini adalah perjalanan penuh emosional dari sosok Kartini yang harus melawan tradisi yang dianggap sakral bahkan menentang keluarganya sendiri untuk memperjuangkan kesetaraan hak untuk semua orang di Indonesia.

feminisme ( berasal dari kata feminim dalam bahasa perancis ) adalah sebuah kata sifat yang berarti "kewanitaan" atau menujukkan sifat perempuan .Feminisme merupakan aliran pergerakan wanita yang memperjuangkan hak-hak perempuan.Gerakan ini bertujuan untuk mencapai kesetaraan gender,karena seringkali perempuan diperlakukan dengan tidak adil karena budaya patriaki yang masih dianut sebagian masyarakat,budaya ini membuat para perempuan tidak bebas dalam melakukan banyak hal,mulai dari anggapan bahwa "perempuan tidak perlu untuk sekolah sampai dengan tingkat tinggi karena ujungnya akan ada di dapur"

Anggapan ini yang membuat banyak perempuan tidak bebas bahkan tidak jarang dari mereka tidak bisa menggapai mimpi mereka ,seolah perempuan tidak punya andil dalam masa depan padahal justru posisi perempuan merupakan garda terdepan dalam menciptakan generasi penerus yang terdidik ,karena madrasah pertama seorang anak adalah seorang perempuan yaitu ibu .

Perempuan selalu dianggap lemah bahkan tak jarang perempuan seringkali dianggap hanya sebagai pajangan atau bahkan pemuas hawa nafsu ,padahal seharusnya perempuan adalah kaum yang harus dimuliakan .Karena mereka yang melahirkan peradaban seharusnya dimuliakan dan tidak boleh dilecehkkan namun sampai dengan hari ini berita tentang pelecehan bahkan kekerasan pada wanita pun masih sering terjadi.

Dilansir  dari website resmi SIMFONI PPA(sistem informasi online perlindungan perempuan dan anak) dari kasus terakhir terhitung dari 1 januari 2022 hingga saat ini ada 16.069 kasus yang terjadi .

Bukan  hanya kasus kekerasan dan pelecehan maupun juga kasus pernikahan dini yang sering terjadi ,budaya pernikahan dini ini merupakan salah satu budaya yang sering terjadi ,dilansir dari website resmi Yayasan Kesehatan Perempuan angka perkawinan anak di atas 25 persen berada di 23 provinsi dari 34 provinsi jika diakumulasikan ,67 persen wilayah indonesia darurat perkawinan anak.

Budaya ini merupakan hal yang sangat menyudutkan perempuan mereka bahkan tidak bisa bermimpi ,mimpi mereka dihalangi dengan budaya ini.Banyak hak yang dirampas dari kasus ini mulai dari hak pendidikan,hak kesehatan,hak untuk tidak dipisahkan dari orang tua. Bahkkan dampak dari pernikahan dini ini juga berpengaruh bagi masyrakat sepeti bertambahnya garis kemiskinan hal ini terjadi karena pernikahan dini tidak diiringi  dengan tingkat finansial dan pendidikan . maka sebagai kaum yang dianggap lemah kita harus memperjuangkan hak-hak sebagai perempuan,bahwa perempuan merupakan kaum yang harus dimuliakan serta diberi ruang kebebasan dan kesetaraan gender.

Perempuan juga berhak mendapat Pendidikan setinggi mungkin karena peradaban butuh perempuan ,dan generasi penerus butuh ibu yang mendidik. Adapun kutipan dari R.A. Kartini bahwa"anak perempuan yang pikirannya telah di cerdaskan oleh bangsa serta pandanganya telah diperluas tidak akan sanggup lagi hidup dalam dunia nenek moyangnyan".Dengan tegas R.A Kartini mengatakan tinggalkan budaya patriaki  karena perempuan harus diberi ruang aman ,ruang bebas  untuk mengespresikan banyak hal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun