Mohon tunggu...
Nur Hidayati
Nur Hidayati Mohon Tunggu... Guru - guru

Menulis untuk berbagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gelang Keroncong

26 April 2020   11:26 Diperbarui: 26 April 2020   11:26 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gelang Keroncong. Sumber: teguhtriatmojo.blogspot.com

Tentu kita tidak asing dengan benda yang namanya gelang. Yaitu sebentuk perhiasan yang biasa dipakai dipergelangan tangan. Disebut gelang keroncong, karena model gelang tersebut tidak hanya terdiri dari sebuah lingkaran, melainkan digunakan dalam jumlah banyak dalam satu pergelangan. 

Jadi ketika dipakai, dan pemakainya menggerakkan tangannya, gelang-gelang itu akan menghasilkan bunyi kroncong-kroncong. Itulah sebabnya, mengapa gelang model itu diberi sebutan gelang keroncong. Setidaknya begitulah orang-orang di daerahku menyebutnya.

Suatu ketika, saat aku mengikuti shalat tarawih hari ketiga di bulan Ramadlan tahun ini, tanpa sengaja aku melirik perempuan di sampingku. Ah, perempuan ini. Namanya Bu Maryam. Ya, perempuan yang suka memakai gelang keroncong itu bernama Bu Maryam. Pikiranku terusik.

Pasti shalatku nanti tidak akan bisa khusyuk. Benar saja, ketika shalat isya dimulai aku makin tidak tenang. Lantaran ketika takbiratul ihram, sudah terdengar bunyi gemerincing dari arah gerakan  tangan perempuan di sampingku tadi. Ya, bunyi gelang keroncong perempuan itu sangat mengganggu kekhusyukan  orang-orang di sekitarnya.

Sebenarnya Bu Maryam sudah sering diingatkan berkaitan dengan keamanan dirinya. Tapi, entahlah apa yang ada dalam pikiran perempuan ini, sehingga tetap saja  tidak mau melepaskan gelang-gelang  keroncongnya itu. Meskipun situasi keamanan sangat mengkhawatirkan, akibat dilepaskannya sejumlah narapidana akibat pandemi corona.

Pernah suatu ketika, Bu Azis mengingatkan, "Bu Maryam, apa Njenegan nggak khawatir dirampok?"

"Ah, nggak tuh. Saya merasa aman-aman saja," jawab Bu Maryam Cuek.Pernah juga ketika diingatkan ibu yang lain, dia menjawab, "Saya justru merasa tidak aman, kalau gelang keroncong ini lepas dari tangan saya."

"Kalau saya nggak pakai gelang keroncong ini, rasanya ada yang kurang gitu." dia menjawab dengan congkaknya saat diingatkan oleh Bu Budi suatu saat.

Begitulah Bu Maryam saat diingatkan tentang gelang keroncongya. Sebenarnya ibu-ibu merasa kasihan dan merasa khawatir jika terjadi apa-apa dengan Bu Maryam. Tapi ketika diingatkan, pasti tanggapannya malah menyakitkan.

"Ibu-ibu di sini tu, ya.... kayaknya iri banget deh....! Seperti nggak suka gitu loh kalau saya pakai gelang keroncong ini...!" katanya suatu ketika. Kalau sudah begitu, ibu-ibu lebih memilih diam, tidak memberi komentar apa-apa. Karena semua sudah hafal dengan tabiat Bu Maryam. Semakin dikomentari, semakin seru pula dia membantahnya.

Suatu hari selepas subuh menjelang dhuha, aku pulang dari masjid. Kulihat di dekat tikungan kampung banyak orang berkerumun. Terdengar suara perempuan menangis meraung-raung. Tidak salah lagi, itu suara Bu Maryam. Ya, suara perempuan itu. Apa yang terjadi dengannya? Aku mempercepat langkahku, penasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun