Mohon tunggu...
nurhidayati
nurhidayati Mohon Tunggu... Guru - Love to reading, writing, eating nice foods, watching netflix movies, enjoying every second I have at my life

Teacher and Author Alumni STKIP SILIWANGI BANDUNG 12220300 Works at SMP PGRI CIPANAS from 2017 until now Works at SMP I AL FAJAR from 2020 until now Five Minutes Left "Snacbook" Bentang Pustaka (2017) Share your experience with me Facebook : Hilda Chamberlain Instagram : nurhidayati_hilda Wattpad : Hilda32

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penantian Suci (2)

21 Januari 2021   20:00 Diperbarui: 21 Januari 2021   20:03 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yah, Zanetta sadar bahwa apa yang ia bisa patut ia syukuri bukan malah menginginkan hal yang lain lantas melupakan hal yang benar-benar ia cintai.

Ustadzah Elli pun meminta mjurid-muridnya mengerjakan bab 3 dan memberikan pembahasannya setelah murid selesai mengerjakan.

Aqila membuka bukunya begitupun Zanetta juga Uswah dan santri lainnya. Tak lama ketukan pintu terdengar, Aqila yang tengah fokus serta Zanetta yang tengah menguap karena semalam ia diam-diam membaca novel yang dipinjam minggu lalu dari perpustakaan cukup kaget karena ternyata Ustadz Teguhlah yang datang ke kelas.

Muncullah beberapa ikhwan dengan mengenakan peci dan seragam batik serta celana abu, mereka memasuki kelas dan berjajar rapi di depan papan tulis. Sekitar lima orang memasuki kelas. 

Semua akhwat hanya tersenyum kala melihat beberapa ikhwan yang menunduk malu karena selain secara sengaja dipertontonkan. Mereka juga harus mengumumkan nama mereka masing-masing lengkap dengan kelas dan pelanggaran yang mereka lakukan. Awalnya tak ada yang menarik dimata Zanetta namun mendadak seruan anak kecil membuat semua mata menoleh ke arah pintu keluar.

"ABANG!"

Zanetta melongo melihat Akmal yang berlari memasuki kelas lalu memeluk kaki santri yang berada paling ujung. Masih tak mengerti namun saat santri itu mengangkat kepala dan terlihatlah wajah lelaki yang kemarin ternyata berpapasan dengannya. Zanetta mengawasi gerak-gerik serta ucapan pelan terhadap keponakannya. 

Dari interaksi yang Zanetta baca sepertinya santri itu berusaha membujuk Akmal untuk melepaskan dirinya karena posisinya sekarang tengah berada di hukuman.

"Tenang, nanti Akmal bisa main lagi." tegur Ustadz Teguh.

"Nggak mau, maunya sama Abang!"

Ustadz Teguh berusaha menggendong Akmal yang masih menempel pada kaki santri yang ternyata bernama Karim itu namun sialnya Akmal yang pada dasarnya bandel malah menendang perut Ustadz Teguh yang tadi memeluknya. Melihat kelakukan Akmal tersebut akhirnya Ustadz Teguh berusaha mencari solusi lain dan matanya menangkap mata Zanetta lalu tersenyum kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun