Mohon tunggu...
nurhidayati
nurhidayati Mohon Tunggu... Guru - Love to reading, writing, eating nice foods, watching netflix movies, enjoying every second I have at my life

Teacher and Author Alumni STKIP SILIWANGI BANDUNG 12220300 Works at SMP PGRI CIPANAS from 2017 until now Works at SMP I AL FAJAR from 2020 until now Five Minutes Left "Snacbook" Bentang Pustaka (2017) Share your experience with me Facebook : Hilda Chamberlain Instagram : nurhidayati_hilda Wattpad : Hilda32

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengeluh? Akankah Menjadi Solusi?

14 Januari 2021   07:00 Diperbarui: 14 Januari 2021   07:14 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernahkah anda mengeluh dan pernahkan anda melakukannya dengan lantang dan menyalahkan diri anda sendiri? Tentu saja hal itu amat sering manusia perbuat. Sadar atau tidak kita adalah manusia yang mempunyai banyak tugas di dunia. Dari sudut manakah anda berpikir bahwa banyak sekali hal yang patut kita lihat dari sudut pandang yang lain. Sesungguhnya semakin banyak anda mengeluh tidak akan menjadikan diri anda lebih baik justru hanya akan menambah semua beban anda main berat di pundak anda yang tak seberapa.

Jadi apa yang akan anda lakukan? Mengeluh dan melakukannya lagi? Atau berpikir ingin mengakhiri keluhan anda? Semuanya akan nikmat jika kita bisa melihat semuanya dengan ikhlas dan tentunya tak ada yang bisa di lakukan selain bersyukur.

Ada banyak  cara yang kita lakukan untuk melampiaskan segala ketidakpuasan dalam hidup salah satunya dengan mengeluh. Jika kita tela'ah lebih dalam lagi apa mengeluh itu solusi. Yah, bagi sebagian orang itu adalah solusi tapi jawaban yang sebenarnya adalah TIDAK! Karena bagaimanapun mengeluh bukan pencarian solusi melainkan pelarian yang tak pasti.

Sekarang, mulai ragukah anda bahwa mengeluh bukanlah pilihan? Yah! Pasti. Karena sesama manusi mempunya porsi dalam beban yang dipikul. Untuk itulah ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi keluhan yang secara pasti keluar dari mulut kita.         

Banyak manusia yang senantiasa tak puas akan apa yang dimiliki. Sekali-kali kita bisa berpikir lebih jernih dan melihat lebih dalam bahwa apa yang kita miliki adalah anugerah terindah dan mulailah MENSYUKURI apa yang kita miliki. Bukan berarti kita menyerah begitu saja pada takdir melainkan kita berusaha lebih menikmati dan mulai merasakan kesan paling berkesan dari apa yang kita miliki. 

Melihat orang yang memiliki banyak kendaraan pribadi untuk mencapai tempat kerja tak harus membuat kita merasa rendah diri dengan berjalan kaki atau naik kendaraan umum ke tempat kerja. Sekali lagi ingatkan kita untuk bersyukur bahwa masih kuat kaki kita untuk melangkah dan masih banyak angkutan yang setia mengantar kita.

Selain dari bersyukur kita juga MEMOTIVASI diri sendiri menjadi pribadi yang lebih mengerti. Kata memotivasi nampaknya sangat berat jika diaplikasikan ke dalam diri namun alangkah baiknya mencoba terlebih dahulu. Seperti buah pisang yang tak pernah lelah berbuah setiap tahunnya, buah pisang tak pernah berubah haluan menjadi buah durian atau rambutan yang datang musiman. Maka kita bisa mencoba menjadi pribadi yang istiqomah dan mulai berbenah diri dengan memperbaiki setiap detail karakter kita. 

Jika kita masih saja kesal dengan macetnya jalan raya yang biasa kita tempuh dan menyalahkan para pengendara yang memakai jalan raya dan membuat kegaduhan maka cobalah tengok pada orang-orang yang bahkan harus berjalan puluhan mil demi mencapai jalan raya untuk menyambungkan keberlangsungan hidup mereka. Tengoklah orang-orang pedalaman yang harus berjalan jauh untuk membeli barang atau sekolah. Dari situlah coba secara perlahan hentikan rasa ketidakpuasan yang mendominasi dan mulai menanamkan menerima dengan tenang.

Untuk yang selanjutnya, kenapa tidak mencoba MENIKMATI segala apapun pemberian sang pencipta. Berbeda dengan dua kata diatas yang di atas, kata menikmati ada kaitannya dengan yang namanya perasaan dan emosi yang melekat di hati. Sama saja ketika kita biasa makan masakan orang tua yang penuh cinta dan kembali ke tempat kost yang makanannya hanya alakadarnya. Sulit yah menikmati? Jangan sungkan mengatakan YA karena kebanyakan orang yang menikmati sesuatu butuh proses yang cukup lama hingga mereka terbiasa dan menikmati apa yang mereka jalani.

Bukan lagi keanehan jika orang lain hanya pura-pura menikmati kesibukan, pekerjaan, sekolah, makanan padahal dalam kita memaki dan ingin pergi. Padahal ada banyak orang yang berbondong-bondong ingin menggantikan posisi kita demi merasakan hidup yang lebih baik. Lalu, apa kita harus mengatakan bahwa semuanya nampak biasa dan kita mengingikan hal lain yang lebih luar biasa dari ini.

Seharusnya kita semua menyadari bahwa makanan yang sudah tertata di atas meja, pekerjaan yang sudah di dapat, buku yang kita baca atau pakaian yang kita kenakan semuanya hasil jerih payah kita. Tidakkah kita menghargai apa yang kita cari dan mulai menikmati dengan ikhlas tanpa memikirkan pengganti benda yang ada di hadapan kita.

Bilamana mensyukuri dan memotivasi lebih berat, mengapa tak mencoba tahap pertama menjadi MENIKMATI? Karena berbagai pembahasan sudah memberikan ringkasan bahwa mengeluh bukanlah solusi. Oleh karena itu, nikmatilah apa yang kita miliki selagi kita masih bisa merasakan sebuah kepemilikan dengan lebih berarti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun