Mohon tunggu...
nurhidayati
nurhidayati Mohon Tunggu... Guru - Love to reading, writing, eating nice foods, watching netflix movies, enjoying every second I have at my life

Teacher and Author Alumni STKIP SILIWANGI BANDUNG 12220300 Works at SMP PGRI CIPANAS from 2017 until now Works at SMP I AL FAJAR from 2020 until now Five Minutes Left "Snacbook" Bentang Pustaka (2017) Share your experience with me Facebook : Hilda Chamberlain Instagram : nurhidayati_hilda Wattpad : Hilda32

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Disakiti? Bilang ke Mereka Terima Kasih

10 Januari 2021   07:00 Diperbarui: 10 Januari 2021   07:36 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar kata sakit, menyakiti dan disakiti adalah murni hal yang membuat telinga pengang, mata menyipit dan wajah tak suka karena semua orang bahkan tak suka jika disakiti. Dalam hal apapun manusiawi rasanya jika kita disakiti pasti ada terbesit rasa ingin menyakiti kembali lawan kita. Tetapi, pernahkah berpikir bahwa ketika ada seseorang yang menyakiti kita ucapkanlah terima kasih.

Gila? Memang! Tapi rasa sakit tidak akan sembuh jika kita terus membalas dengan rasa sakit yang sama. Ada rasa puas tetapi yang akan timbul selanjutnya adalah rasa penyesalan yang berujung rasa sakit.

Apa yang akan kita lakukan jika dihadapkan dengan kekasih yang sudah dua tahun lamanya dan meninggalkan kita karena sebuah pekerjaan atau lebih buruk lagi meninggalkan kita karena sudah tak nyaman, bosan bahkan diakhiri dengan perselingkuhan.

Untuk itulah, sang pencipta memberikan sebuah rasa yang bernama kecewa. Bukan untuk meratapi apa itu rasa sakit melainkan untuk membuat kita bangkit dan memahami bahwa akan ada yang lebih baik lagi menyambut kita nantinya.

Ada beberapa cuplikan dialog yang pernah saya tulis dalam sebuah dialog dalam naskah novel saya yang belum pernah terbit.

"Kamu akan terus menderita bersama aku, dan aku akan selalu merasa bersalah bersama kamu, kita hanya akan saling menyakiti jika kita bersama, aku hanya ingin mengakhiri hubungan kita, lebih baik kita putus." ucap Abiw perlahan.

"Apa kamu nggak pernah mencintai aku dengan tulus?" Hanya itu yang bisa Abelia keluarkan dari mulutnya.

 Abiw kembali tersenyum kecut "Jangan tanyakan aku apa itu tulus, aku sama sekali tak pernah berpikir sejauh itu, aku tak mau berbelit-belit dan aku harap kamu mengerti dan menerima semuanya. Kita sudah berakhir!"

Dilihat dari sudut pandang cerita di atas, lelaki yang bernama Abiw meninggalkan Abelia karena merasa bahwa hubungan meraka hanya akan saling menyakiti saja. Tetapi jika mereka lihat sekilas bahwa sebuah hubungan didasari dengan perasaan ingin melindungi orang yang kita cintai. 

Dalam kalimat yang Abiw katakan ada hal yang patut digaris bawahi yaitu 'Kamu akan menderita bersama aku dan aku akan merasa bersalah bersama kamu'. 

Bisa ditelaah dalam kalimat itu bahwa selama ini yang Abiw rasakan adalah feeling guilty atau perasaan bersalah yang ia pendam maka seharusnya bukan tangisan yang Abelia keluarkan melainkan kata terima kasih karena Abiw sudah berhenti lebih dulu dalam sebuah hubungan yang hanya akan menyengsarakan hati. Karena jika diteruskan akan timbul toxic relationship yang malah memperburuk hubungan keduanya.

Lalu apa sebenarnya yang harus kita lakukan saat kita merasa disakiti dan tersakiti.

Do what you love and love your pain. 

Itulah yang harusnya kita terapkan dalam prinsip hidup karena sebagian hanya menjalankan apa yang dicintai tanpa pernah memikirkan resiko disakiti hingga akhirnya tidak siap dan patah hati. 

Bisa kita contoh dari para atlet juara yang begitu gigih meski kemenangan belum juga tercapai tapi mereka tak melupakan rasa sakit yang mereka terima. 

Ketika mereka gagal dalam latihan dan tak bisa mencapai target mereka kembali bangkit dan mencintai rasa sakit yang mereka alami baik jasmani dan rohani. Mereka berusaha bangkit dengan sisa kepercayaan diri dan tenaga yang ada. Maka hasil akhir yang menentukan.

Reflection and make your heart wiser.

Menasihati orang lain lebih mudah dari menasihati diri sendiri namun jika kita merefleksi diri sendiri tentunya kita tak akan terkejut ketika kita disakiti karena luka tersebut akan menjadi pendewasaan diri. 

Banyak hal bisa terjadi dalam hidup kita terutamanya konflik yang bisa saja muncul. Contohnya ketika percekcokan antara rekan kerja yang tidak menyetujui pendapat kita lalu di antara keduanya tidak ada yang mengalah maka pertikaian akan terus terjadi sehingga mengapa perlunya refleksi adalah untuk melihat lebih dalam bahwa kita pun memiliki kekurangan. 

Jika sudah merasakan sakit maka kita bisa menguasai diri menjadi pribadi yang kuat tak peduli rasa sakit lain akan datang karena sejauh apapun rasa sakit itu akan datang, tidak membatasi ruang dan waktu selama kita masih bernafas di bumi ini akan ada rasa sakit lain yang mungkin ingin menghempaskan diri kita.

Sudah bisa disimpulkan bukan, bahwa ketika ada orang yang menyakiti kita anggaplah kita pernah secara sadar atau tidak sadar melakukan hal yang mungkin menyakiti dan ketika rasa sakit itu berbalik membalas kita. Bukan waktunya untuk membalas lagi melainkan untuk mengevaluasi hati kita yang kotor menjadi lebih bersih lagi. Tinggal diri kita, mampukah menerima dan bersikap bijak dalam menghadapi rasa sakit.

            Tentukan dari sekarang, masih dengan sikap lama.

            Menyalahkan orang lain karena disakiti?

            Atau disakiti dan mengucapkan terima kasih?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun