Mohon tunggu...
Nurhidayahtunnisa
Nurhidayahtunnisa Mohon Tunggu... Jurnalis - Akun Real

Nurhidayahtunnisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nyatanya Dirimu Saya Sewa

12 November 2020   02:37 Diperbarui: 12 November 2020   02:43 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semoga hari mu menyenangkan pria manis.

Lucu ya semesta, mengibaratkan hidup manusia seperti ombak dipantai. Berkali-kali ia mendeburkan ombaknya menuju pantai dan mengikis karang, namun sayangnya kita tak tau apakah ombak itu adalah ombak yg sama atau berbeda, apakah ombak itu adalah ombak yg membawa serpihan rindu disaat tetesan yg pertama kita pun tak tau itu. Tapi satu hal yg pasti, meskipun ombak yg berbeda mereka tetap menghanyutkan kesedihan. 

Tadinya aku ingin membuat puisi, merangkai kata-kata menyusun bait-bait bertabur diksi. Tapi, entah mengapa sedari tadi, hanya ada satu kata yang berhasil kutemui. Namamu.

Semesta, ternyata aku telah salah kaprah. Menganggap ia yang begitu istimewa sebagai rumah, padahal kenyataannya ia hanya bertandang dengan ramah. Aku terlalu mencintainya dengan sungguh, mengabaikan fakta bahwa hadirnya hanya sekedar singgah.

Terlalu lama ku mendamba, yang kudapat hanyalah luka. Yang terukir dengan begitu indah, pada sukma si insan yang sudah terlampau lelah. Hadirmu yang hanya sementara, adalah bukti nyata dari sepenggal lirik 'nyatanya dirimu saya sewa.' Bu, sekarang anak ibu sudah dewasa. "Dulu lukanya dikaki, sekarang di hati". 

Ibarat menegakkan benang basah, mulanya diriku tersengat rasa resah, jantungku kian kukuh berkiprah beroprasi tak tahu arah, gaduh bagai dengungan sarang lebah mendesah ...

Nalarku kian melemah tereduksi oleh hati yang gelisah, termonopoli oleh intuisi yang menyergah mencegahku untuk berucap pasrah.

Logika kian memudar, tergantikan kuasa perasaan yang elok berpendar menjanjikanku dengan sebuah pengharapan merayuku dengan khayalan menawan mendoktrin diriku dengan madah kebahagiaan.

Venus kian mengintervensi dengan begaram aksi dan kreasi, menghadiahiku sepasang sayap warna bergradasi yang menerbangkanku jauh meninggalkan galaksi menyesatkanku dalam berbagai rupa fantasi.

Yupiter si penguasa langit tak mampu berkelit, tak kuasa melancarkan gencatan senjata atas kuasa si dewi cinta yang bertakhta, tak ada sepatah kata darinya yang terurai untuk menarikku keluar dari jeratan yang membuai, sama halnya apa yang kurasa ia diam seribu bahasa ikut terjerat dalam permainan yang di suguhkan si dewi cinta.

Obor tegas membara menghanguskan segelintir rasa putus asa, menyulut asa yang makin bergelora tuk mempertahankan dan memperjuangkan segala bentuk perasaan yang selama ini tersimpan tanpa peduli akan adanya sebuah balasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun