Mohon tunggu...
Nurhidayah Asgar
Nurhidayah Asgar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Hasanuddin

Konten kreator — logo nama maker

Selanjutnya

Tutup

Bola

Piala Dunia 2022 dan Dukungan untuk Palestina dari Tim Sepak Bola Maroko

17 Desember 2022   21:00 Diperbarui: 17 Desember 2022   22:02 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Instagram @khaledbeydoun

Piala Dunia 2022, memiliki banyak perbedaan dan keunikan diantara Piala Dunia sebelumnya. Tahun ini, Piala Dunia yang dilaksanakan di Qatar lebih banyak menonjolkan politik serta sosial budaya dari Dunia Arab. Hal ini membuat negara-negara Eropa Barat merasa resah akan aturan-aturan dari Piala Dunia tahun ini.

Dapat dilihat dari Ceremony pembukaan Piala Dunia Qatar 2022 yang digelar di Al Bayt Stadium, Al Khor, Qatar (Ahad, 11/12/22) menampilkan pembacaan ayat suci al-Qur'an untuk pertama kalinya dalam sejarah Piala Dunia. Morgan Feeman, YouTuber Qatar, dan Ghanim al-Muftah menampilkan hal memukau yaitu penampilan teatrikal serta pembawaan QS. Al-Hujurat ayat 13 dengan penjelasan yang membuka mata sebagian orang yang menyaksikan.

Penampilan teatrikal tersebut khususnya ayat yang dibacakan oleh Ghanim al-Muftah menjelaskan Keagungan Tuhan menciptakan manusia dalam ragam perbedaan namun masih dapat dilihat kekompakan dan satu kesatuannya. Dan Piala Dunia menjadi bukti bahwa segala perbedaan masih dapat menyatu dalam satu momen; menyatukan seluruh bangsa.

Badan Pengatur Piala Dunia, FIFA, melarang promosi agama atau politik selama acara berlansung. Namun, jika dilihat realitas yang ada, Dunia Arab mengambil kesempatan yang baik dengan terus menyuarakan Palestina dengan mengibarkan bendera di lapangan, tribun penonton, ataupun pada saat ada media yang meliput. Uniknya, jurnalis dari zionis "tidak laku" pada saat meliput di kawasan Piala Dunia di Qatar karena banyaknya penonton lintas negara yang menolak secara langsung saat hendak diwawancarai karena mereka tahu bahwa jurnalis yang hendak mewawancarai mereka merupakan media asal Israel.

Hal tersebut membuat negara-negara Eropa Barat marah karena Masyarakat Dunia Arab secara bebas berpolitik namun FIFA menekan atau melarang pemain mengenakan ban lengan yang mendukung LGBTQ. Belum lagi aturan larangan minum alkohol, dan sebagainya.

Ada momen yang menarik, yaitu pada saat Tim Nasional Maroko berhasil mencetak sejarah Kemenangan yaitu Tim pertama dari Dunia Arab yang mencapai perempat final setelah mengalahkan Tim kuat Nasional yaitu Spanyol. Pada saat kemenangannya, mereka dengan rasa bangganya sujud syukur dan mengibarkan bendera Palestina.

Sumber: Instagram @khaledbeydoun
Sumber: Instagram @khaledbeydoun
"Karena ini adalah pertama kalinya tim dari negara Arab melangkah sejauh ini di Piala Dunia, ini adalah sumber kebanggaan besar bagi kawasan ini. Oleh karena itu, melambaikan bendera Palestina oleh tim selama perayaan kemenangannya adalah cerita yang sangat besar. Ini adalah salah satu yang dengan senang hati dikutip oleh The New York Times dan outlet lainnya, bersama dengan insiden terkait, sebagai bukti bahwa orang Arab dan Muslim masih mendukung nasionalisme Palestina yang dipahami oleh mereka yang berada di Timur Tengah, jika tidak semua orang di Amerika liberal terkait erat dengan perang melawan Zionisme dan membenci Israel," tulis israeltoday.

Piala Dunia kali ini tentu membuat frustasi bagi Israel dalam banyak hal. Mengingat Maroko telah menyepakati Perjanjian Abraham pada Desember 2020 dan mengakui Negara Yahudi secara Resmi. Perjanjian Abraham atau Abraham Accords merupakan perjanjian yang dilakukan demi menjaga dan memperkuat perdamaian di seluruh dunia, terutama Timur Tengah

Israel dan negara-negara pendukungnya merasa terkhianati atas perbuatan Maroko. Bukannya turut bahagia atas kemenangan Maroko, melainkan berubah menjadi iritasi bagi banyak penggemar lokal ketika Tim Maroko merayakan kemenangannya dengan mengibarkan bendera Palestina.

Memang benar Maroko telah menyepakati perjanjian Abraham, namun pernahkan terpikirkan bahwa hanya sebagian besar yang menyepakati perjanjian tersebut diantaranya para pemimpin negara, namun tidak dengan rakyatnya. Sebagai contoh Penguasa Maroko yang telah menyepakatai perjanjian, namun sebagian besar masyarakat Maroko lebih Pro-Palestina atas keyakinan mereka.

"Yang tidak disadari oleh Israel adalah suatu kenyataan bahwa: kebanyakan Penguasa Negara Arab itu berbeda dengan aspirasi Rakyatnya dalam soal Palestina. Penguasa Arab kebanyakan pro-Israel, tapi tidak bagi rakyatnya mereka Pro-Palestina," tulis kontenislamcom

Masih harus dilihat kedepannya, akankah FIFA menghukum Maroko atas tindakannya? Ataukah akan ada konflik yang terjadi antara Israel dan Maroko setelah Piala Dunia ini benar-benar usai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun