Mohon tunggu...
Nurhidayah
Nurhidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia Biasa

"Membacalah dan menulis, bentuk peradaban maju di dalam pola pikirmu." - Instagram: hayzdy Linkedin: www.linkedin.com/in/nurhidayah-h-23aab8225

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Uang dan Pengalaman

4 Februari 2023   20:03 Diperbarui: 4 Februari 2023   20:13 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Meskipun rasanya aku sudah beristirahat, ketika pagi hari tiba aku tetap merasa begitu lelah. Lelah yang memanggil diri untuk terbaring lagi sampai bayangan hampir melampaui diri sendiri. 

Selama 20 tahun menjadi pengangguran, tidak berpenghasilan sepeserpun kecuali bantuan dari pemerintah yang mengalir setiap 6 bulan sekali. Setidaknya hal itu mengobati sedikit rasa bersalah di hati. 

Menjadi manusia tidak enakan benar-benar hal yang melelahkan, rasanya muak, kenapa kepala sendiri lebih suka memikirkan orang lain, lebih peduli pada kebaikan orang lain, lebih butuh pengakuan orang lain. 

Ketika aku berpikir apakah aku bisa menghasilkan uang? Apakah aku mampu memberikan uang kepada orang tua? Apakah aku bisa menghidupi diriku sendiri? Pertanyaan-pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh masa depan, tidak akan ada yang bisa menjawabnya kecuali hanya kisi-kisi usaha yang ku mulai 1 bulan kemarin. 

Mungkin seseorang diluar sana ada yang menginginkan kehidupanku, memikirkan hal itu membuatku tidak pantas berkeluh. 

Aku tahu mencari pekerjaan dan bekerja itu tidak mudah, untuk memperoleh uang aku harus berusaha lebih keras. 

'Memulai karir dengan menulis?' timbangku, meneliti prospek kerja yang tertera di poster. 

Poster itu menjadi awal aku memutuskan menulis untuk menciptakan karir. Tidak perlu biaya banyak, tidak perlu bepergian dan tidak perlu banyak bertemu orang lain. Pekerjaan yang ideal untukku.

"Hp terus, sepagian ini bukannya bantuin beberes malah pegang hp terus!" ucap ibu, berlalu dengan sapu di tangan. 

Meski pekerjaan menulis ideal, tapi aku harus siap dengan resiko. Salah satunya menghadapi ibu. Beliau tidak akan mengerti pekerjaanku, megang hp seharian berarti pemalas. Dan juga, perjuangan meniti karir tidak akan mudah, sebagai pemula yang terdesak uang, motivasiku kadang naik turun. 

Dilema besar untukku, aku belum berpengalaman dalam hal apapun tapi aku butuh uang, Apakah aku bisa menghabiskan sedikit waktu untuk menciptakan pengalaman? Tapi ibu tidak mengerti, aku butuh uang segera. Tapi dilain sisi, uang lebih mudah datang kepada orang berpengalaman. Apakah aku bisa hidup seperti itu? Apakah aku bisa menghasilkan uang banyak tanpa berusaha keras? Itu yang diinginkan ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun