Mohon tunggu...
Nurhayati
Nurhayati Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis biasa

Penulis biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ruang Pemberdayaan bagi Perempuan

4 Desember 2022   22:33 Diperbarui: 4 Desember 2022   23:47 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

   ''be a woman who has principles and values''
                                                (H)

Hello readers, apa kabar?

Welcome to My Writing

Seperti biasanya, tak bosan-bosan penulis membahas tema perempuan pada blog kali ini. Happy reading ya gengs...

Hakikat kedudukan perempuan dan laki-laki adalah sama di hadapan Allah Swt. Antara laki-laki dan perempuan tidak ada persaingan selain perlombaan untuk mencapai ridha Allah semata. Pada bagian lain, kita temukan kenyataan hidup yang ada, bahwa kaum perempuan kini tidak hanya berdaya di dalam rumah, tetapi banyak yang berdaya di luar rumah pula. Realitas dan bukti pemberdayaan ini pun banyak kita jumpai di lingkungan sekitar, baik pemberdayaan di bidang pendidikan, politik, sosial, dan sebagainya. Ruang pemberdayaan perempuan merupakan kesempatan besar untuk membangun dan membentuk madrastul ula yang berkualitas bagi kehidupan generasi kedepannya. Pada akhirnya, eksistensi perempuan ialah bagaimana ia berdaya di dalam keluarga, juga berdaya dalam masyarakat.

Wacana pemberdayaan ini sering kali memicu banyak pro kontra. Bahkan perempuan yang terlalu aktif berkiprah di masyarakat dilabeli sebagai perempuan yang tidak berhasil menjaga kodrat diri. Sebut saja ketika perempuan naik menjadi seorang pemimpin, maka banyak stigma negatife yang mulai mencuat, baik itu tentang buruknya nasib rumah tangganya, buruknya nasib bangsa jika pimpinannya seorang perempuan, buruknya kehidupan mereka dan sebagainya. Menjadi perempuan yang berdaya dan berkiprah di masyarakat merupakan hal yang tidak mudah. Banyak pertimbangan dan banyak tantangan yang harus dihadapi oleh seorang perempuan. Oleh karena itu, untuk tampil berani dan berkiprah di masyarakat maka hal yang harus dilakukan perempuan pertama-tama ialah harus menata diri, memberdayakan dirinya sendiri (self empowerment).

dokpri
dokpri

Yang ingin penulis tekankan sebenarnya adalah soal pilihan. Menjadi perempuan yang berdaya tidak harus dengan memporsir diri untuk menduduki keterwakilan di publik. Sebaliknya, menjadi perempuan yang berdaya tidak harus dengan memporsir diri untuk berdiam diri di dalam rumah. Namun perempuan yang berdaya ialah perempuan yang selalu megisi waktunya dengan ilmu dan life skill yang ada, apapun bentuknya. Namun perlu disadari bahwa pemberdayaan tersebut harus dilandasi dengan nilai-nilai dan prinsip yang harus melekat dalam diri seorang perempuan. Jangan sampai menjadi perempuan yang nol prinsip dan minim value.

Perempuan harus sadar dan peka terhadap makna pemberdayaan yang saat ini banyak digencarkan oleh masyarakat. pemanfaatan terhadap sarana dan prasarana yang ada harus benar-benar difungsikan untuk menunjang proses pemberdayaan. Oleh karena itu, jadilah perempuan yang berprinsip dan bertarget agar senantiasa tetap terpacu dan termotivasi untuk mengasah kemampuan dalam diri. 

Pada akhirnya, menjadi perempuan yang berdaya bukan untuk menandingi seorang laki-laki, namun menjadi perempuan yang berdaya ialah bentuk realitas nyata kasih sayang terhadap diri sendiri dan orang yang dicintai. Karena dasar cinta dan kasih sayang terhadap diri sendiri akan memacu motivasi diri untuk terus mengasah dan menata diri. Oleh karena itu, percayalah apapun pilihan yang kita ambil sebagai seorang perempuan ialah keputusan terbaik yang patut kita hargai, syukuri, dan benar-benar manfaatkan untuk kehidupan yang lebih baik.  

Selanjutnya perempuan harus benar-benar sadar terhadap eksistensi ruang pemberdayaan tersebut harus diisi dan dimanfaat sebaik mungkin agar bisa berdikari sesuai dengan pilihan yang diambil. Ingat ini adalah persoalan, apakah anda ingin menjadi perempuan yang berdaya atau tidak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun