Mohon tunggu...
Nur Hastuti
Nur Hastuti Mohon Tunggu... -

guru kelas, uptd paud dan dikdas kecamatan sentolo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terakhir Tentangmu....

22 Februari 2013   22:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:51 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ar..,
sungguh, darimana aku mesti  mulai menulis tentangmu? ingin kupuisikan kisah tentang kita. namun, aku tak berdaya apa-apa. bagiku kenangan masa lalu itu terasa sangat sulit lepas dari ingatanku. kita pernah bersama, berbagi, bersendawa dalam derai -derai satyakala
Ar..,
masih kuingat pertemuan kita kali pertamanya di sebuah kawasan Anggrek Mall di Jakarta, kau ayunkan langkah dtengah kesibukan tugasmu, demi aku....
Ar..,
masih sangat kuingat juga ketika pertemuan kita di tanah rantau. kulihat kau demikian gagahnya. namun, kau terlihat gamang. Gurat-gurat gelisah tergambar jelas di balik wajah kokohmu. sebagai sesama petarung kehidupan kunaifkan guratan gelisah itu.
Ar..,
tak perlu kuceriterakan kisah-kisah pahit kita yang memerihkan hati. itu adalah jejakjejak yang menjadi catatan pada guratan jari kita. karena, kita memang berada pada satu trah masa lalu yang kelam.
Ar..,
itu dulu. bertahun-tahun lewat begitu saja. ketika kulihat kau menapakkan kakimu pada undak-undak tangga cita rasa. kau kembali mengingatkanku tentang kisah perbincangan kita di pondok berdinding milik ‘AH”. kaupun bercerita dengan mata yang berbinar tentang tujuh benua dalam raihanmu. sempat kau gambarkan kokohnya tiga menara dalam satu pancaran...
Ar..,
kita pernah berdebat, kita juga pernah saling mendera, kitapun pernah saling mengasah. jika kau merasa terhina, akupun merasa ikut terhina. selalu kucoba meredakan amarahmu. kaupun senantiasa mencoba meredakan amarahku. pun, jika engkau menyanyikan tembang kesukaanmu. akupun tak mau kalah dan tinggal diam dengan aksi panggungmu. kukirimkan lagu cintaku tentang keperihan hati. kau hanya tertawa. akupun tertawa. begitu seterusnya.
Ar..,
aku sangat ingat juga ketika kau dalam kegelisahan, kebahagiaan, dan kegalauan kau sering berbagi denganku melalui telpon. jarak bagi kita tak masalah. berjam-jam kita kita hanya terlibat dengan canda, debat, dan saling ejek. kau pernah berkata kepadaku, “selain dari urusan kerja yang melelahkan. acara rutin pelepas ketegangan adalah berdebat dengan kau walaupun cuma via telpon”.
Ar..,
masih kuingat juga tentangmu ketika di tengah malam buta kau menelponku dengan irama kata yang membara,  di ujung berita yang kau berikan padaku sempat kudengar suaramu, serak. kau terisak, kau menangis. yang kutahu itu adalah isakan tangis bahagiamu. isakan tangis kebanggaanmu.
Ar..,
yang paling kuingat tentangmu adalah pertemuan kita jelang kau merencanakan sesuatu yang sakral yang kau sembunyikan bersama keluargamu, walau aku dekat bersama kalian. sungguh, dipertemuan kita pada waktu  itu aku merasa ada sesuatu yang entah. saat aku pamit, rasa itu semakin menghentak dan mendera bathinku, galau.
Ar..,
pertemuan kita itu adalah pertemuan untuk sebuah perpisahan. Siang itu saat aku masih di CKG ada sms yang mengabarkan bahwa kau telah menentukan jalan hidup bersama cita-cita dan cintamu yang belum terselesaikan. walau kau kini kau telah ambil plan terbaikmu. namun, kuyakinkan dihatiku bahwa kau jalan di saat kau belum benar-benar berada pada kaki yang kokoh untuk menggapai  sebuah cita-cita.
Ar..,
tanggal dua belas juli walaupun senantiasa terasa putih. namun pada tanggal itu semakin terasa bahwa tetesan kasihku kepadamu semakin membasah. Hampir saja aku tak kuasa mendampingimu, bagiku, cinta kasihku kepadamu adalah rasa yang tak terbantahkan, kelu, dingin, sunyi adalah sebagaimana malam dan siangku yang sendiri
Ar..,
kuyakinkan dihatiku, ada beribu-ribu malaikat penjaga yang akan merangkul dirimu dengan cinta
dari sini kutitipkan cinta kasihku yang tak pernah kering disepanjang perjalanan hidupku yang entah....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun