Syekh Abdul Wajah adalah salah satu tokoh ulama kharismatik yang memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam di wilayah Tatar Galuh. Syekh H. Abdul Wajah lahir di Tasikmalaya tahun 1730 M, dari pasangan Syekh Khotib Muwahid dan Nyai Raden Sembah Qodrot. Beliau pernah berguru belajar ilmu agama kepada Syekh Haji Abdul Muhyi Pamijahan dan diangkat sebagai mantunya. Dari perkawinanya beliau dikaruniai dua orang putra yang kesatu bernama Syekh Abdul Latief dan yang kedua bernama Syekh Maulana Arief.
Setiap para Waliyulloh pasti memiliki keistimewaan atau kelebihan yang disebut "karomah" kelebihan ini biasanya digunakan untuk meyakinkan para pemeluk Islam baru masuk, kalau pada Nabi keistimewaan itu disebut Mukjizat. Keistimewaan yang dimiliki Syekh H. Abdul Wajah, antara lain bisa mengecilkan badan hingga tidak bisa dilihat orang, kebal terhadap senjata, dan dapat menulis di dalam ruas bambu. Tulisan yang biasa digunakan adalah lafadh "Allah" sebanyak tujuh kali.
Kesaktian ini digunakan beliau dalam mempertahankan diri dari serangan Belanda, sedangkan tulisan dalam bambu digunakan untuk bambu runcing sebagai senjata berperang. Murid beliau yang dapat menulis di dalam ruas bambu adalah ajengan Ma'mun dari Dusun Karadak. Ada murid yang sakti (imforman lupa namanya) sangat susah untuk ditaklukan oleh senjata apapun tapi ada satu kelemahan. Yaitu ketika dimasukan kedalam karung ilmunya tidak berfungsi tapi tetap hidup yang akhirnya dihanyutkan ke sungai.
Karomah yang dimiliki oleh Syekh hanya digunakan bila sangat penting dan diperlukan untuk menolong masyarakat yang sedang susah, atau membela bangsa dan negara dari cengkraman kaum Kolonial Belanda, juga dalam menyampaikan dakwahnya. Karomah yang dimiliki beliau tidak bisa diwiridkan kepada santrinya,kecuali ilmu-ilmu tertentu yang bisa diajarkan terutama ilmu kesaktianya karena ini bisa dipelajari, sedangkan karomah langsung dari Allah SWT kepada hamba-Nya yang beriman.
Syekh H. Abdul Wajah meninggal dalam usia yang masih relatief muda yakni 56 tahun. Masih menurut nara sumber beliau berdakwah di Tatar Galuh selama lebih kurang 11 tahun, yaitu mulai dari tahun 1775 --1786 Masehi. Setelah Syekh H. Abdul Wajah meninggal dakwah dan mengajar santri di pondok dilanjutkan oleh santri yang menjadi kepercayaan beliau, Makam beliau yang ada di Gunungsari sampai sekarang masih banyak yang menziarahinya, baik di waktu siang maupun malam hari.Â
Berikut dokumentasi makam Syekh H. Abdul Wajah, Gunung sari, Imbanagara Ciamis yang tempatnya tidak jauh dari tempat saya tinggal:Â
Banyak peziarah yang datang secara berombongan apalagi di bulan suci Ramadan bahkan dari luar daerah yang sengaja menginap di area makam tersebut. Jejak langkah Syekh Abdul Wajah tidak hanya meninggalkan warisan sejarah, tetapi juga daya tarik spiritual yang kuat. Banyaknya peziarah baik di bulan Ramadan maupun diluar bulan Ramadan ke makam beliau  menjadi bukti nyata bagaimana nilai-nilai sejarah dan spiritualitas terus hidup dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI