Mohon tunggu...
Andi Nur Fitri
Andi Nur Fitri Mohon Tunggu... Konsultan - Karyawan swasta

Ibu dua orang anak, bekerja di sekretariat Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia Komisariat Wilayah VI (APEKSI Komwil VI)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Silariang, "Will You Die for Your Love"?

5 Maret 2018   10:53 Diperbarui: 5 Maret 2018   10:58 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: entertainment.kompas.com

Telah lama saya ingin menulis tinjauan mengenai film Silariang yang beberapa bulan lalu rilis di bioskop nasional. Namun karena kesibukan, ide itu selalu tertunda. Inilah penyakit penulis sebenarnya, need to find a ha solution....he he he...Sebagai orang Makassar saya tentu merasa penasaran dengan isi cerita film ini. Dari sisi judul, kata Silariang memang sangat akrab di telinga masyarakat Bugis Makassar. 

Meskipun kehidupan masyarakat Bugis Makassar telah berakselerasi sesuai dengan perkembangan zaman, namun  stigma tentang Silariang tetap hidup dan tidak mampu terhapus sepenuhnya dari ingatan kolektif masyarakatnya.

Adalah Puang Rabiah (Dewi Irawan) yang memulai klimaks dari fokus Cinta Yang Tidak Direstui (CYTD). Ia dalah ibunda dari Zulaikha (Andania Suri) seorang remaja yang sedang memadu cinta dengan Yusuf (Bisma Karisma).  Ketiga aktor tersebut bukanlah penutur asli aksen bahasa Makassar, yang meskipun dalam beberapa scene masih terlihat gugup, namun berhasil mempertontonkan totalitas memerankan lakon masing-masing.

Ketika kisah cinta antara Yusuf dan Zulaikha yang terjalin selama bertahun-tahun ingin disatukan dalam ikatan pernikahan, mereka pun terhadang restu keluarga besar Zulaikha, terutama sang Ibu. Alasan yang mungkin saja sepele namun tidak bagi sebagian kalangan masyarakat Bugis Makassar yaitu perbedaan strata sosial. Zulaikha lahir dari keturunan bangsawan, sementara Yusuf terlahir dari golongan non bangsawan, meskipun kedua orang tuanya kaya raya.

Persoalan adat memang tak bisa dilebur begitu saja oleh perubahan zaman. Mereka yang memiliki keturunan sebagai bangsawan, dinilai hanya pantas menikah dengan sesamanya darah biru jika berharap terus mewarisi darah kebangsawanan tersebut. Tetapi itu tak ada artinya bagi Yusuf dan Zulaikha yang sedang dimabuk cinta. Sangat jelas terlihat tekad Yusuf yang nekad menikahi  Zulaikha, meskipun tanpa restu keluarga Zulaikha, padahal Yusuf dan kelurganya telah melakukan manu'-manu' , mendatangi keluarga calon mempelai perempuan dengan maksud ingin meminang sang gadis. 

Namun semua usaha Yusuf dan keluarganya sia-sia. Restu dari keluarga terutama sang Ibu, yang saat itu sudah berstatus janda karena sang ayah telah meninggal tidak kunjung didapatkan. Keluarga puang Rabiah bersikukuh, agar Zulaikha tidak menikah dengan pemuda yang tidak memiliki garis keturunan bangsawan secara patrilineal.

Cerita berlanjut hingga Yusuf dan Zulaikha menikah dan mencari kehidupan mereka berdua. Dengan latar belakang perbukitan Karst dan Gua Rammang-rammang, film ini diramu sangat apik ketika menampilkan pesona wisata Sulawesi Selatan. Spot perbukitan cadas atau karst di daerah Maros memang menjadi pemandangan yang luar biasa indah bagi penonton. Sepasang sejoli itu kemudian menemukan tempat mereka untuk memahat hidup berdua jauh dari keramaian kota.

Kehidupan Yusuf dan Zulaikha dimulai dari babak awal. Mereka harus beradaptasi dengan kehidupan perkampungan di sana, seperti bertani dan beternak secara konvensional untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Ya, cinta memang seringkali menjadi modal, dan dengan modal itulah mereka menghadapi hidup yang jauh berbeda dengan kehidupan mereka sebelumnya.

Hari-hari berjalan, Yusuf dan Zulaikha menjalaninya sebagai sepasang suami istri, hingga merekapun dikaruniai seorang putri. Masalah kelurga pun tak terhindarkan. Perkara paling sederhana misalnya adalah ketika Zulaikha mencuci pakaian yang sudah seminggu tertumpuk dan tidak kunjung dibereskan oleh Yusuf, padahal sang istri sedang dalam kondisi hamil tua. 

Seusai mencuci tumpukan pakaian, Zulaikha jatuh sakit karena kelelahan mengurus rumah, sebuah pekerjaan yang sering dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Masalah rumah tangga lain yang mereka hadapi adalah bagaimana mencukupi kebutuhan hidup, terutama dengan hadirnya buah hati mereka. Semua harta bawaan Zulaikha seperti emas pemberian ibunya hampir habis terjual, kecuali seuntai gelang yang disimpannya. 

Gelang itu sangat berharga baginya, ia laksana penjelamaan ibunya. Diam-diam Zulaikha masih menyimpannya karena ia pikir gelang itulah yang akan selalu membuatnya merasa berada dalam dekapan sang Ibu. Gelang itu menjadi penawar rindu kepada sang Ibu, yang telah ia tinggalkan sejak menikah dengan Yusuf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun