Mohon tunggu...
Nur Dwi Yanti
Nur Dwi Yanti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Adakala ketika kita mencoba bersama untuk bergerak, sebagian ada yang mundur teratur. Adakala ketika kita terdiam semua bergerak...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Penantian

20 April 2023   23:56 Diperbarui: 21 April 2023   00:00 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di sini, senja merangkul dengan lembut
Mengalirkan energi yang tak pernah merambah dalam labu kasih
Menyingkapkan halimun yang membungkus rapat
Menghanguskan kata pengorbanan yang menghipnotis, menghimpit, menguasai hingga titik nadir.

Tersadar,
Pengorbanan yang dinyatakan ternyata penghambaan yang terhinakan tanpa kasih
Di bungkus kata manis, seperti balutan pita menggoda yang terus mengikat hingga tercekik tak terlepaskan.
Menghisap dengan rakus setiap oksigen yang hendak kau ambil
Terjebak oleh halimun yang mengungkung dengan aroma cinta membutakan, melupakan asa sejatinya.

Baca juga: Kompilasi

Senja, dengan senyum menawarkan kehangatan di antara rasa dingin yang menyesakkan
Memberi warna, di antara ketidakhadiran warna
Menembus raga, menyapa sunyi, menenangkan.

Tidak untuk diratapi saat senja memudar
Dia kan kembali memberi kehangatan dengan pesona.
Tanpa janji, akan hadir kala semesta terus berputar
Merambah setiap sudut kegelapan yang nestapa, melenyapkan penantian.

Baca juga: Kau Mengubahku

Baca juga: Dalam Diam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun