Mohon tunggu...
Nur  Cholifah
Nur Cholifah Mohon Tunggu... Guru - Pendidk dan Pegiat Literasi

1999-2003 Pendidik di SMA Negeri 3 Salatiga 2003-sekarang Pendidik di SMK Negeri 1 Bawen Kab. Semarang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berekosistem dengan Dunia Pendidikan yang Membahagiakan

17 Agustus 2020   21:26 Diperbarui: 17 Agustus 2020   21:39 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Insan manapun di dunia ini kalau ditanya pasti tujuan hidupnya ingin hidup bahagia. Bahagia harus dengan usaha, lahir dan batin. Tapi ada pepatah yang mengatakan bahwa bahagia itu kita yang ciptakan. Ciptakan kebahagiaan dengan Pendidikan. Mengapa? Pendidikan telah membukakan jendela dunia seluas luasnya untuk berselancar semua ilmu, informasi dan teknologi, mencetak kita berjiwa literate ( dari istilah melek huruf menjadi melek informasi dan teknologi), berjiwa entrepreneur, berjiwa sosial, berjiwa intelek dan mengantarkan kita ke jenjang kesuksesan.

Maka bergembiralah menjadi seorang pembelajar sejati. Seorang pembelajar sejati pastinya mempunyai kemampuan lebih dalam memecahkan berbagai persoalan hidup, mengembangkan potensi diri dan lingkungannya, berpartisipasi dan berkomunikasi aktif dengan pengetahuan yang diaplikasikan demi kemaslahatan masyarakat. Tumbuhkan pembelajar sejati dimanapun sehingga terbentuklah masyarakat terdidik. Masyarakat terdidik dengan lingkungan terdidik berarti sebuah kolaborasi habitat baik (right habitual action), mendarah daging untuk haus ilmu pengetahuan dan aktualitas pendidikan dimanifestasikan. 

Bukanlah hal yang mengherankan apabila seorang pembelajar sejati pasti menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, informasi dan pengalaman yang lebih banyak karena dia sudah membranding dirinya sebagai generasi kemapaman . Siap menyongsong masa depan, siap berkemajuan dalam berkebutuhan, qualified, kompeten dan kompetitif dalam mengatasi kemajuan jaman. Siap beraksentuasi mengimplementasikan ilmu yang dipelajari, berpikir konstruktif dalam mensikapi peradaban. Juga siap beretos kerja ,berdedikasi,  berinteraksi  dan berkorelasi positif dan professional.

Kita tengok kembali sejarah pertumbuhan manusia, sungguh tidak mungkin manusia diajar bagaimana cara berjalan, tetapi dengan mencoba berjalanlah manusia menjadi bisa berjalan. Dari perkembangan manusiapun, berawal dari bahasa tangis, karena sering mendengar kata, kita jadi bisa meniru dan mengucapkannya, lalu berkembanglah keterampilan kita menjadi bisa berbicara, membaca dan menulis dan bekerja. Itulah. Proses pendidikan berlangsung dari lahir sampai akhir hayat. Jadi menuntut kita  untuk selalu aktif, kreatif dan optimis. Menurut UNESCO, pendidikan merupakan hak dasar dan essensial setiap orang dengan empat pilar pendidikan yaitu learning to know, learning to do, learning to live together dan learning to be.

Di dunia pendidikan, kecakapan hidup peserta didik terasah mulai dari sekolah, masyarakat dan lingkungan.  Sudah menjadi tugas seorang guru untuk membudayakan haus pengetahuan dan ketrampilan menjadi sebuah kesenangan bagi peserta didik. Guru yang menginspirasi akan mengarahkan imajinasi peserta didik berkembang sehingga mereka termotivasi menjadi orang-orang hebat. 

Guru hebat adalah guru yang bisa  mengarahkan peserta didik tentang apa yang seharusnya mereka kuasai, mereka prioritaskan untuk masa depan mereka, mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga derajat dan martabat terangkat, kompetensi meningkat, dan daya kreasi serta inovasi berkembang pesat. Sekolah adalah ladang tumbuh bakat dan minat. Dimulai dari proses pembelajaran, guru bisa menanyakan apa motivasi hidup mereka, untuk keluarga, bangsa dan Negara. 

Sekolah juga harus mampu menaungi dan menumbuhkan kecakapan hidup mereka melalui optimalisasi kemampuan manual maupun digital dengan ketersediaan media buku, kecanggihan teknologi , media digital maupun internet dan yang terpenting media praktek untuk mengejar prestasi supaya cita-cita tergenggam. Kemudian akan lahirlah  karya- karya inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Tercetaklah generasi kompeten, cakap, mampu, mahir dan berkompetensi. 

Berkompetensi berarti mempunyai keahlian, pengetahuan dan attitude sesuai yang diharapkan.  Sekolah harus memanifestasikan dan menfasilitasi apa yang mereka pelajari, tempat passion dan skill terasah, juga sebagai tempat menumbuh kembangkan bakat dan minat. Hal ini selaras dengan pendapat Jean Piaget bahwa  pembelajaran bukan hanya sekedar hasil tapi proses. Pembelajaraan butuh pembiasaan. Pun David Paul Ausubel berkata bahwa belajar harus bermakna dengan adanya proses perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.

 Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi tumbuh kembang seorang peserta didik. Jika peserta didik dibiasakan untuk melakukan kebaikan dan hal positif lainnya di rumah, niscaya dia akan tumbuh menjadi seorang pribadi yang baik dan bahagia. Sebaliknya, jika dalam keluarganya terbiasa dengan perkataan dan lingkungan buruk,  keterlantaran bukan kasih sayang yang seutuhnya, akan sangat buruklah  perkembangan fisik, mental, intelegensi, spiritual,  motivasi maupun sikapnya.

Maka seyogyanya orangtuapun sudah akrab dengan pembiasaan kepada putra putri mereka sebagai role model untuk menanamkan karakter baik. Seperti  dengan ibadah bersama, saling menolong (karena manusia pada hakekatnya berkebutuhan dalam kebersamaan), bagaimana hidup berdampingan dan berguna di masyarakat, mempersiapkan masa depan dengan kebiasaan menabung, hidup hemat, berwirausaha dan menjadi karakter mandiri juga berdikari.

Begitupun masyarakat. Kesadaran hidup positif dan berdaya guna, berhasil guna perlu ada keselarasan dengan peran lingkungan. Seiring perjalanan hidup, kebutuhan setiap manusia berbeda-beda, namun hanya satu kata yang ingin dicapai yaitu kebahagiaan. Ciptakan lingkungan terdidik dimana berilmu membuat orang bahagia, membuat kita bangga akan hasil karya kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun