Mohon tunggu...
Nurcahyo AJ
Nurcahyo AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembaca setia kompas

Things Left Unsaid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cocoklogi: Konspirasi diatas konspirasi

8 April 2016   21:47 Diperbarui: 9 April 2016   03:35 2838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Namun Teori Konspirasi ini mendapatkan momentumnya ketika pada tanggal 16 Desember 2015 yang lalu, CIA membuka semua dokumen rahasia atas peristiwa yang terjadi di berbagai negara sekitar tahun 1962-1969. Lebih dari 19 ribu halaman yang berisi memo rahasia harian CIA harus dibuka kepada publik, termasuk di dalamnya peristiwa peralihan kekuasaan yang terjadi tahun 1965 di Indonesia. Singkat kata, dalam laporan tersebut CIA mengakui keterlibatannya dalam urusan dalam negeri Indonesia kala itu.

TEORI COCOKLOGI, sebenarnya bukanlah nama sebuah teori tapi lebih kepada sesuatu yang menimbulkan satire, ironi bahkan sarkasme kalau tidak mau dibilang ejekan atau bahan olok-olok. Cocoklogi/cocologi/cucoklogi sebuah kegiatan yang berusaha mencari kecocokan dalam suatu fenomena (kejadian) dengan pendapat, teori, ayat suci, nubuat atau berbagai hal lainnya yang berhubungan dengan spritualisme atau kepercayaan (baca: agama).

Dalam benak masyarakat jawa- hal ini mirip dengan apa yang disebut ilmu gothak-gathuk atau otak atik yang menemukan tempatnya di batas tipis antara ngawur dan logika sehingga menimbulkan penafsiran baru. misalkan: Garwo (istri/suami) akronim (akr) dari sigarane nyowo (belahan jiwa), mati akr. nikmate wis diganti, matek akr. nikmate wes entek, gethuk akr. digeget malah matuk, dan lain sebagainya.

Cocoklogi meskipun berisi hal-hal yang janggal bahkan tidak masuk akal, kemunculanmya itu sendiri sangat masuk akal. Cocoklogi menjadi respons utama atas banyaknya Konspirasi yang terjadi di sekitar kita, entah karena trauma masa lalu atau alasan lainnya.

Kemunculan Cocoklogi ini sesungguhnya bukan hal baru dalam peradaban kita, seorang ahli filsafat berkebangsaan Italia bernama Umberto Eco, menulis novel berjudul Foucault's Pendulum, didalamnya Umberto menyuguhkan bermacam perkumpulan rahasia yang menjadi pemain latar dalam novelnya, sebut saja Ksatria Bait Suci (The Knight’s Templar), Ordo Kebatinan Purba Salib Mawar (The Rosicrucians), The Freemasons, The Bavarian Illuminati, Ordo Kabbalah (The Cabalist), Gerakan Kaum Katari (The Cathars), Ordo Jesuit (The Jesuits) dan lain lain.

Umberto dengan gamblangnya ingin mengatakan SANGAT BERBAHAYA jika sekumpulan fakta yang terbatas tidak dipahami dengan bijak. Novel Umberto Uno tak ubahnya sebuah otokritik terhadap fenomena kegetolan Masyarakat Eropa terhadap Teori Konspirasi yang sebenarnya sudah turun derajat menjadi Teori Tebak-Tebakan.

Belakangan (di Indonesia), seiring berkembangnya teknologi informasi— teori cocoklogi-pun seakan tak mau kalah bertumbuh kembang. Lewat broadcast email, BBM, WA, SMS— tanpa memverifikasi kebenarannya si penerima langsung memforwardnya, Cocoklogi kini menjelma menjadi TAKHAYUL MODERN. Ada banyak pelaku dari berbagai golongan yang menjadi praktisi Cocoklogi, celakanya golongan yang termasuk paling sering mempraktekkannya sekarang adalah kalangan Aktivis Islam (meski tidak berarti semuanya), yang justru baru belajar mengenai apa itu Konspirasi. Hal ini diperparah dengan absennya orang-orang ahli di bidangnya yang juga ahli dalam kerangka berpikir Islam yang paripurna. 

Aktivis Islam baru ini biasanya berangkat dengan latar belakang budaya INFERIOR, yang berusaha mencari SUPERIORITAS semu dan menganggap dirinya adalah KORBAN dari Konspirasi budaya lain. Hal ini berbanding terbalik dalam tradisi ilmu pengetahuan, yang mengajarkan untuk mencari bukti, baru kemudian mempercayainya. Thus, Praktisi Cocoklogi ini lebih dahulu mempercayainya baru kemudian mencari bukti atas apa yang dipercayainya.

Dengan berbekal amunisi yang minim tentang Konspirasi, Cocoklogi yang sedang dilakukan dapat dengan mudah dipatahkan oleh lawannya, yang memakai logika dan data. Misalkan saja baru-baru ini saya mendapat kiriman dari seorang kawan tentang sebuah citra dari penginderaan jauh (remote sensing), tentang garis pantai di Kab. Bolaang Mongondow Selatan berbentuk lafaz “ALLAH” dalam bahasa Arab. Kawan lain menimpali dengan perkataan bahwa ini bukti dan tanda-tanda kebesaran Allah.

Lokasi tepatnya bisa anda buka sendiri di http://maps.google.com, copy pastekan koordinat ini (0.355193, 123.930485) kedalam box “Search Google Maps”. Lalu anda putar sedemikian rupa, voila.. anda mendapatkan pencitraan dengan Lafadz Allah disana. 

Padahal menurut saya, citra yang ditampilkan dapat diasosiasikan kedalam berbagai hal menurut penerimanya, kalau citra tersebut ditunjukkan kepada ibu-ibu penggemar reality show Masterchef, maka bisa diambil kesimpulan itu pulau Masterchef. atau jika kita tunjukkan kepada umat Sanātana Dharma (Hindu Dharma), maka itu mirip dengan senjata Dewa Siwa (Trisula) atau bahkan lafadz AUM dalam bahasa India. Kalau kita tunjukkan kepada para alay, citra tersebut persis dengan logo McDonalds kesukaan mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun