Mohon tunggu...
Nuraman Sjach
Nuraman Sjach Mohon Tunggu... lainnya -

Freelance Media # Penyimak Kompasiana # Penikmat Buku # Penikmat Musik # ... .

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PPP: Yang Muda yang Memimpin

17 Oktober 2014   16:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:40 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jauh dari hingar bingar tampaknya karena beberapa hari lagi Jokowi-JK akan resmi jadi orang nomor satu negeri ini, di satu sudut kota Surabaya, secara aklamasi [!] seorang tokoh muda partai lahir. Itulah Romi, sapaan akrab dari Sekjen PPP yang didaulat resmi memimpin partai Ka’bah. Ia mengalahkan beberapa tokoh panutan yang diajukan juga “lawan-sanding”-nya, yaitu Lukman Hakim.

Siapa Romi? Ulasan media banyak menuliskan namanya Romahurmuzy, tetapi saya lebih mengenalnya dengan sebutan Romi. Terus terang, saya bukan kawannya (juga bukan lawan tentunya), namun saya termasuk satu angkatan dengannya kala sekolah dan itu pun beda sekolah pula.

Romi di SMA 1 Teladan Jogjakarta sedangkan saat itu saya berada di SMA paling bontot kala itu. Sayang seribu sayang, sekolah saya tidak berlanjut karena kabarnya ada keputusan dari dinas pendidikan kota yang membatasi jumlah sekolah negeri kala itu. Maka, jadilah sekolah negeri saya yang paling bontot itu hilang dari peredaran. Dan tilikan saya soal Romi beserta pertemuan dengannya tetapi tidak kenal adalah saat saya ramadhan keliling pada masa itu.

Saat itu, kami dari rohis SMA sekota Jogja berkumpul mengadakan buka puasa  dan tarawih bersama dari satu sekolah ke sekolah lainnya. Saat tiba bagian di SMA 1 Teladan Jogja inilah saya bertemu muka dengan Romi. Saya sebut bertemu muka karena memang seingat saya waktu itu Romi tampil memberikan sambutan mewakili SMA-nya, sebagai tuan rumah. Saya yang tak tahu pun menanyakan pada adik angkatan yang saya bawa serta. Siapa dia? Ternyata, jawab adik kelas saya ini, yang menyambut itu namanya Romi dan dia adalah ketua OSIS SMA 1 Teladan Jogjakarta.

Fasih dan memiliki pengetahuan tentang agama. Itulah yang ada di benak saya kala ia memberikan sambutan menyambut kami-kami ini yang para ketua rohis masing-masing SMA di kota Jogja. Terus terang waktu itu entah uraiannya atau karismanya atau apalah saya menanggapi dalam hati bahwa suatu saat orang ini akan “jadi orang”. Singkat cerita, namanya tertoreh sampai sekarang dan kala kasus PPP mencuat, muncullah namanya.

Saat itulah saya mencari tahu benarkah ini Romi yang itu, yang saat saya SMA. Jawabannya ternyata benar adanya. Dan saya memang tak menyangka bahwa Romi sudah menjadi dan mencapai hal-hal semacam ini.

Terus terang, membaca dan mengikuti kiprahnya berdasarkan pemberitaan media tampak bahwa Romi sudah berada di track yang benar. Mengikuti alur orangtua, kakek, dan garis turunannya ke atas, Romi memang mewarisi suatu trah politik Islam yang hemat saya begitu adekuat dan mumpuni.

Mengapa saya sampai berkesimpulan semacam ini? Itu karena saya menilai sendiri saat SMA betapa Romi begitu berbakatnya menjadi semacam “politisi sekolah”. Saya menilai bahwa daya pengaruhnya tergolong kuat karena khusus di kota Jogja, SMA 1 memang menjadi “teladan” bagi SMA-SMA lainnya saat itu. Satu yang saya ingat, misalnya, saat cerdas-cermat keagamaan, meski bukan keberuntungan SMA saya saat itu, saya sudah menyorot kemampuan tanding SMA 1 Teladan sebagai lawan yang sepadan buat sekolah saya waktu itu. Namun sayang, kiprah SMA saya tidak sampai bertanding cerdas cermat keagamaan dengan SMA 1 Teladan kala itu. Karena kalah di semifinal kami tidak dapat bertemu dan pemenangnya masih dimenangkan oleh SMA 1 untuk kompetisi ini. Padahal, waktu itu, saya pede sekali akan berhadapan dengan SMA 1 Teladan. Dan kala mendapatkan penghargaan harapan pun saat itu saya disemangati oleh guru agama saya bahwa itu sudah menjadi raihan paling bagus bagi SMA negeri kami yang saat itu baru muncul.

Kembali ke Romi. Dalam pandangan saya, Romi adalah contoh yang muda yang memimpin di level partai politik. Tentunya hal ini harus diikuti oleh partai-partai lain kalau tidak ingin ketinggalan di lindas laju pemilu yang akan muncul lima tahun lagi. Hemat saya, Romi di PPP berkemungkinan akan menerbitkan pemimpin-pemimpin yang akan menjadi leader di tiap cabang partai. Hal itu bukan tak mungkin karena saya melihat inilah era di mana yang muda memang sudah waktunya memimpin dan yang tua, maaf-maaf, harus relalah menyerahkan tongkat estafeta kepemimpinan.

Saat Anas Urbaningrum memimpin Demokrat atau Muhaimin Iskandar memimpin PKB saya tidak begitu tertarik. Mungkin bukan karena seangkatan atau seumuran. Mungkin pula karena saya tidak begitu tertarik dengan polah kepemimpinannya. Namun, lebih dari itu, yang senada, yang memiliki semangat untuk menggiring angin perubahan tampaknya itu yang lebih menarik.

Dan di era Jokowi-JK, dalam pandangan saya, pemimpin-pemimpin muda akan lebih mudah hadir karena memang mereka kredibel dan kompeten untuk saatnya memimpin dan memberi arah kemana negeri akan di bawa, tentunya dengan nilai-nilai terbaik yang dimiliki oleh bangsa yang besar ini.

Selamat untuk Romi dan selamat pula untuk Indonesia Raya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun