Mohon tunggu...
Nuraman Sjach
Nuraman Sjach Mohon Tunggu... lainnya -

Freelance Media # Penyimak Kompasiana # Penikmat Buku # Penikmat Musik # ... .

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pilih Profesional atau Guyub?

24 Juni 2015   06:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:59 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - pekerja kantoran (Shutterstock)

 

Terantuk saya pada tulisan Gapey Sandy, Sebuah Tamparan untuk Blogger. Tidak ingin berkomentar tetapi rasanya cukup ingin berbagi dan menambahkan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman pribadi.

 ***

Setelah kurang lebih berkutat di dunia penerbitan (buku) selama 10 tahunan lebih, saya memilih “pensiun dini” pada profesi yang basic-nya, hemat saya, ada di kemampuan menulis. Sebab, tanpa kemampuan ini mana mungkin saya bisa melakukan penyuntingan, penyuntingan ulang, memindahkan format naskah dalam bentuk lay out buku, menganatomikan naskah menjadi buku, dan benar-benar “mengemas” buku menjadi buku yang layak baca.

Kadang di profesi ini saya harus rewriting (menulis ulang) naskah penulis menjadi naskah yang lebih sistemik agar layak menjadi buku. Kadang pula di profesi ini saya menemukan yang menulis (buku) pun tidak begitu paham bagaimana mengolah tulisan layak baca menjadi “layak buku”.

Akan tetapi, sudahlah. Itu profesi lama. Passion yang kini coba saya sepikan karena jalan dunia penerbitan (buku) hemat saya adalah “jalan sepi”. Karenanya, saya coba akan jelaskan maksud judul tulisan saya di atas.

***

Ini cerita lawas. Ceritanya, di masa lalu ada seorang wartawan mengajukan pinjaman pada sebuah bank karena bank itu konon membuka permintaan untuk pinjaman pada kelompok profesi. Karena wartawan itu adalah “profesi” maka dengan pedenya wartawan ini pun berupaya mengajukan pinjaman.

Cerita berlanjut. Hasilnya, wartawan ini ‘gatot’ alias gagal total untuk mendapatkan pinjaman bank. Kata pegawai banknya waktu itu, “Maaf, profesi yang kami maksud di sini adalah dokter, pengacara, dan dosen.” Seketika itu juga, lemaslah wartawan itu mendengar jawaban orang bank tersebut. Berharap dengan profesinya ia mendapat pinjaman, namun tak bakal ada satu pinjaman (uang) pun masuk ke sakunya.

Di lain cerita, kalau tidak salah ini cerita saya dapatkan dari tivi namun saya lupa akan detailnya. Ceritanya ada seorang presenter berita wanita terkenal di Jepang tiba-tiba diturunkan pangkatnya. Oleh kantornya ia di minta untuk membuat peliputan langsung. Presenter ini jelas kelabakan karena sedikit pun ia tidak memiliki pengalaman liputan langsung berita. Namun, demi tidak kehilangan pekerjaan, mau tak mau ia harus melakukannya. Dan, singkat cerita, ia memang mampu melakukannya. Hanya saja, seiring berjalannya waktu, hasil-hasil liputannya kian tak berterima oleh tempatnnya kerja. Alasan kantornya, seperti, liputannya tidak sesuai dengan kehendak kantor, materi liputannya terlalu ringan, dan sebagainya dan sebagainya. Singkat cerita, setelah mengalami beberapa kali konflik dengan tempat kerjanya itu, presenter ini akhirnya memilih mengundurkan diri dari kantor yang sudah membesarkan namanya sebagai presenter berita top negeri Sakura itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun