Mohon tunggu...
Nuraini Agung Wijaya
Nuraini Agung Wijaya Mohon Tunggu... -

Guru BK SMA Negeri 5 Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Hoax" Bukan Guru dan Guru Bukan "Hoax"

10 November 2017   13:46 Diperbarui: 11 November 2017   11:33 931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Guru sebagai salah satu penjaga moral bangsa mempunyai peran strategis dalam menanamkan karakter yang baik, karakter yang kuat  bagi peserta didik, keluarga dan masyarakat dalam menanggulangi fenomena hoax (berita bohong) yang akhir akhir ini melanda kehidupan masyarakat dan bangsa. Sebagaimana diungkapkan dalam Program Penguatan Pendidikan Karakter,  maka karakter yang akan kita bangun adalah lima  nilai karakter yang dirumuskan dalam nilai religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas. Demam hoax yang terjadi dalam beberapa lini kehidupan, baik di kalangan masyarakat, lingkungan kerja bahkan lingkungan pendidikan akan mempunyai potensi yang sangat rawan sebagai  pemicu keresahan dan kerusuhan dalam kehidupan berbangsa bernegara.

Arus komunikasi yang tidak berbatas memudahkan setiap orang untuk mendapatkan dan mengirimkan informasi yang sangat cepat utamanya melalui media sosial di internet. Di tengah persaingan hidup yang semakin sulit, seringkali orang melakukan segala cara untuk membuat situasi tidak nyaman demi mendapatkan keuntungan pribadi dan membuat kerugian pada pihak lain. 

Mengalahkan lawan bisnis, lawan politik, lawan lomba lawan perusahaan dengan menjatuhkannya melalui berita bohong yang cenderung menjelek jelekkan pihak pesaing. Sikap mental yang pengecut inilah yang tidak dapat ditoleransi. Sedini mungkin harus ditanamkan sikap jujur dan kesatria bagi seseorang untuk berani mengakui kelebihan atau keunggulan pihak lawan. Selanjutnya dengan memahami kelebihan pihak lawan, seseorang akan mengadakan introspeksi, memperbaiki diri dan meneruskan persaingan dengan cara-cara yang sehat.

Hoax merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan butir karakter integritas. "Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaaan. Memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusaiaan dan moral (integritas moral). Karakter integritas meliputi sikap tanggungjawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran." (Kajian Pedoman dan Penguatan Pendidikan Karakter). Bila hoax tidak kita hentikan, kita khawatir akan terjadi kemerosotan mental kultural yang dapat berdampak pada ranah material dan politik.

Mengapa masyarakat perlu memiliki sikap "Anti Hoax" ?.

Menjadi sebuah pertanyaan yang harus dijawab, mengingat dampak buruk dari hoax sangat berbahaya, antara lain adalah :

  • Menimbulkan keresahan pada masyarakat .
  • Dapat mengadu domba dan menimbulkan perpecahan.
  • Memudarkan kepercayaan masyarakat terhadap vigur yang dijadikan objek bullying .
  • Menyebabkan masyarakat bingung dan mudah terpancing emosi.
  • Memutar balikkan fakta/fitnah.
  • Melanggar norma agama, sosial dan norma hukum.
  • Dapat menimbulkan perkara hukum.
  • Menimbulkan kerugian karena hilangnya kepercayaan masyarakat pada produk tertentu.
  • Masyarakat mengalami kesulitan memilih dan memilah berita yang benar dan berita palsu.
  • Dapat merendakhkan martabat dan karakter sebuah bangsa.

Berpijak dari beberapa dampak hoax, maka sudah dapat dikatakan bahwa "Hoax Bukan Guru" artinya berita hoaxbukanlah berita yang bermanfaat untuk mendidik masyarakat. Alih-alih jadi berita yang mencerahkan, hoax bahkan dapat kita katakan sebagai perusak moral. Maka sudah selayaknya kita menyatakan perang melawan hoax. Kehadiran alim ulama, guru, Karang Taruna, PKK, LSM, komunitas  Anti hoax  yang peduli untuk mendidik gaya hidup "berbicara benar dan benar berbicara"    bagaikan payung di saat hari hujan, setidaknya di tengah derasnya hoax, masyarakat dapat terlindungi, tidak akan basah kuyup dan masih tetap terus melanjutkan perjalanan. Apabila semua elemen merasa peduli dan mempunyai kesadaran untuk melawan hoax maka akan segera terwujud kenyamanan dan kondisi akan menjadi kondusif kembali. 

Keluarga sebagai elemen terkecil dari bangsa menjadi pintu utama menyiapkan kuntum muda harapan negara untuk pandai menyaring  informasi yang diterima. Pintu utama kesuksesan penanaman karakter yang kuat dalam keluarga adalah dengan menancapkan akar pribadi yang kokoh melalui pendidikan agama. Hal-hal penting yang dapat dilakukan dalam keluarga adalah :

  • Menanamkan kesadaran untuk beribadah sebagai sebuah kebutuhan.
  • Menanamkan kejujuran dalam semua aspek kehidupan, kapanpun dan dimanapun.
  • Menjadi teman dalam media sosial anak agar mengetahui dengan siapa anak berteman dan mengetahui pola pergaulan anak.
  • Menjaga harmonisasi keluarga, agar keluarga sebagai tempat yang nyaman untuk kembali, menjadi tempat yang aman untuk megungkapkan rasa senang ataupun sedih.
  • Membina anggota keluarga untuk tidak mengunci handphone, laptop, tablet atau alat komunikasi lainnya dengan tidak terus terang pada keluarga tentang kode rahasia. Sebaiknya orang tua selalu mengontrol aktivitas anak dalam menggunakan internet.
  • Saling mengingatkan apabila ada anggota yang turut melakukan penyebaran ulang dari informasi hoax.
  • Menciptakan rasa penghargaan dan penerimaan terhadap setiap kebaikan yang dilakukan anak, agar rasa penghargaan yang dimiliki anak dapat menumbuhkan rasa percaya diri.
  • Membiasakan agar anggota keluarga mempunyai empati, saling menolong manakala salah satu anggota keluarga mengalami masalah. Dengan demikian anak memiliki tempat yang tepat untuk Curah Pendapat.

Adapun di lingkungan sekolah, guru sebagai seorang pendidik menjadi sebuah "Model" tempat peserta didik menemukan contoh yang baik akan keindahan budi pekerti dan indahnya tutur kata yang bijak, santun dan dapat dipertanggung jawabkan. Kompetensi pribadi yang dimiliki oleh seorang guru yang dibaca dan diamati oleh siswa akan menjadi barometer bagi masuknya sebuah petuah dan nasehat karena ada jaminan keteladanan.  Dikatakan "Guru Bukan Hoax" karena setiap janji dan komitmen yang diberikan kepada murid selalu ditepati, tepat memberikan informasi, tepat mengedukasi tepat mencari solusi, maka guru bukanlah hoax, guru adalah pendidik sejati. Pendidik sejati adalah guru anti hoax, dalam setiap perkataan, perbuatan dan informasi yang diberikan.  

Sebagai Guru Bimbingan dan Konseling, saya sering sekali menerima orang tua murid yang datang tergopoh-gopoh karena baru saja menerima pesan Short Massage Service (SMS) dari seseorang yang menyatakan putranya mengalami kecelakaan di sekolah. Karena sudah berpengalaman dengan kasus seperti itu, maka saya selalu menenangkan orang tua murid sambil melakukan kroscek dimana putra dari orang tua tersebut dalam kondisi baik dan nyaman belajar di kelas, tidak lupa untuk membuat beliau tenang, maka saya pertemukan dengan putranya. 

Selanjutnya untuk mencegah penipuan yang serupa pada siswa lain, maka dalam layanan informasi saya sampaikan juga kepada siswa agar memberikan nomer handphone saya kepada orang tua masing-masing untuk fasilitas komunikasi dan konfirmasi hal-hal yang terjadi di sekolah.  Pemasangan kalimat-kalimat bijak di beberapa titik strategis sekolah yang mengarah pada pembentukan karakter hebat juga dapat dilakukan dalam upaya menanamkan sikap mental positif dalam kehidupan. Poster Anti Narkoba, Anti Narkolema, Anti Hoax dapat menjadi materi untuk mengedukasi siswa siswi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun