Mohon tunggu...
Nur Alam Ali
Nur Alam Ali Mohon Tunggu... Editor - Literasi atau Mati Informasi

Hiduplah seperti orang hidup

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sajak Cinta Anak Surau - Part 4

30 Maret 2020   03:05 Diperbarui: 29 November 2020   07:11 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://www.idntimes.com/

Maaf Membuatmu Menunggu

Sebenarnya Hery merasa berat hati jika harus meninggalkan tempat kelahirannya yang menyimpan berjuta kenangan tersendiri. Tapi apalah daya ketika keadaan memaksanya untuk meninggalakannya. Keluarga Hery akan pindah ke Kota karena permintaan dari kakeknya sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.

Selamat jalan Kampung halaman  yang penuh dengan kenang-kenangan, Hery akan selalu merindukan dedaunan di belakang rumahnya  yang sering diajak bicara saat sedang resah memikirkan pujaan hatinya. Kicauan burung-burung yang terbang bebas di atap rumahnya yang selalu menyapanya  di pagi hari. Dan seseorang yang sangat special yang selalu mengganggu pikirannya, yaitu Santi Puji Astuti bin H. Abdul Umar.

Hati Hery sangat berat untuk meninggalkan semuanya yang ada dipikirannya nanti siapa yang akan mengantarkan Santi saat mengaji. Jika ada apakah Santi akan tetap menggapnya sebagai sahabatnya atau akan melupakan dia untuk selama-lamanya. Karena dia akan pergi dengan waktu yang cukup lumayan lama.

"Tuhan kenapa aku harus meninggalkan orang yang aku sayangi, hati ini terasa sakit dan was-was untuk meninggalkan semua ini. Tuhan aku mohon padamu jagalah dia sampai aku pulang nanti. Rintihan hati Hery" 

Untuk mempersiapkan kepergiannya Hery menulis sepucuk surat yang dititipkan kepada Rahmat untuk Santi. di dalam surat itu berisi semua tentang perasaannya selama ini yang dia pendam kepada Santi yang tidak sempat dia nyatakan padanya. 

"Wahai sang pelangiku yang selalu memberi warna dalam hidupku. Apakah jika hujan tidak lagi turun kau akan tetap mewarnai hidupku jujur aku takut akan hal itu. Aku akan pergi meninggalkan kampung halamanku tapi rasanya hati ini tidak tenang jika aku pergi dengan membawa perasaan yang selama ini aku pendam.isi Suara hati Hery"

 Hery takut jujur dengan semua perasaanya, dia takut Santi tak membalas cintanya. tapi dia coba memberanikan diri untuk mengungkapkan semua isi hatinya kepada Santi lewat suratnya. 

"Jika kau merasakan hal yang sama temuilah aku di persimpangan jalan malam ini, tapi jika tidak kau tak usah datang malam ini, karena aku anggap itu adalah jawaban darimu"

Jam sudah menunjukan tengah malam, setiap detiknya menjelmah menjadi kegelisahan bagi Hery karena berharap Santi akan datang menemuinya. Tapi tidak ada tanda-tanda Santi akan datang, Hati Hery hancur sehancur-hancurnya jika Santi tidak datang berarti memang Santi tidak pernah mencintainya. Karena menunggu terlalu lama dan sudah tengah malam akhirnya Hery pulang dengan perasaan yang tak karuan. Baru beberapa lakah Hery berjalan terdengar suara Santi.

Santi : Hery tunggu..... Hery tunggu.....

Hery : Santi....... (dengan wajah yang penuh kebahagian)

Santi : Maaf baru bisa datang, tapi aku tidak punya waktu banyak takut Abah dan Umi tahu, oh ya aku juga mau jujur sama kamu kalo aku juga sebenarnya sayang sama kamu. tapi aku ingin cinta ini menjadi alasan kita untuk semakin dekat dengan Tuhan. aku akan menanti hari-hari terindah bersamamu saat kau datang  kerumahku untuk menghalalkanku.

Hery : Terimakasih

Santi : Jangan lupa kabari aku saat kau sudah sampai disana.


Bersambung.........

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun