Mohon tunggu...
NUR RAHMAWATI
NUR RAHMAWATI Mohon Tunggu... Guru - guru

saya adalah salah satu guru di SMA N 1 Bukateja, Kab Purbalingga, Jawa Tengah. Selain sebagai pendidik, saya sangat menyukai kerajinan tangan, seperti merangkai bunga, membuat hantaran, mahar, hampers dan lain-lain yang berhubungan dengan kerajinan tangan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pesawat Kertas

7 November 2022   20:51 Diperbarui: 7 November 2022   21:01 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perubahan ibu terjadi setelah ibu melahirkan adik ke dua, diawal-awal aku sangat benci dengan adik ke dua, bahkan aku tidak mau mendekat dengannya apa lagi ketika dia menangis, hatiku sangat teriris, "gara-gara dia, ibu menjadi berubah begini", batinku selalu berontak seperti itu.

Ibu adalah orang paling penting dalam hidupku, beliau dulu sangat baik, perhatian dan pengertian. Aku merasa bahwa keluarga kami, meski sederhana adalah keluarga yang paling bahagia sejagad raya. Pagi-pagi, ibu akan membangunkan aku dan adik perempuanku dengan pelukan dan ciuman, mengingatkan untuk solat subuh, mandi dan bersiap untuk sekolah. Setelah itu, ibu akan ke dapur untuk memasak. Aku sangat senang sekali ketika melihat adegan bapak yang mengganggu ibu saat sedang memasak, mereka tertawa bersama. Bahagia sekali melihat mereka tertawa. Oohhh...masa kecil yang menyenangkan.

*****

Ibu, adalah wanita sederhana yang mencintai keluarganya,

Bapak berulang kali mengingatkan ku dan adikku akan hal itu. "Ibu itu wanita yang spesial, baik dan tangguh. Kalaupun sekarang dia sakit itu ujian untuk kita nak. Bapak ikhlas merawat ibu kalian." Kata bapak ketika itu. 

Dulu, di awal-awal ibu sakit, hampir semua keluarga bapak menyuruh meninggalkan ibu, apalagi ada anak yang masih bayi, butuh perawatan, mereka menyuruh bapak menikah lagi. Aku masih ingat, ingat sekali, bapak yang memarahi bu dhe Bad, kakak sulung bapak. "Astaghfirullah...yuk, apa yayuk sadar sedang ngomong apa?" sambil bapak berdiri dari tempat duduknya. "Yayuk tahu apa yang yayuk katakan. Sudah hampir satu tahun kamu beristri orang gila itu, entah iblis apa yang bersarang di kepalamu sehingga kamu tidak mendengar nasehat kami untuk meninggalkannya." Bu dhe Bad sama marahnya dengan bapak. "Yuk, dia istriku, ibunya anak-anak, jangan sebut dia dengan orang gila! Dia begini ini perjuangan seorang ibu, melahirkan anak kami!" muka bapak memerah menahan marah. "Lho, dia memang gila kan?" sinis sekali nada suara bu dhe Bad. "Yuk, aku tak mau kurang ajar dengan yayuk sendiri, jadi sebelum aku semakin marah, sebaiknya yuk Bad pulang aja, akan ku urus keluargaku sendiri, tak usahlah kau repot-repot kesini, apalagi untuk menghina istriku!" bapak  berkata dengan penuh tekanan. "Oh...kamu mengusir yayuk? Ok, silahkan urus sendiri istri dan anakmu, jangan tolong-tolong jika ada apa dan kenapa-napa, ingat itu!". Bapak diam, lalu menunjuk pintu sebagai jawaban pertanyaan bu dhe Bad. Aku ingat betul wajah marah bu dhe kepada bapak.

Sedang di sudut ruangan itu, ibu sibuk dengan mainan bonekanya. Boneka milik Tanti adikku, yang selalu di gendongnya. Bapak mendekat dan memeluk ibu, aku melihat bapak kala itu menangis. "Aku nggak akan meninggalkanmu, Ti" Suara bapak jelas aku dengar. Dan ibu, mana peduli, dia sibuk bermain sendiri.

*****

Ibuku memang mengalami gangguan jiwa, semua berawal ketika ibu melahirkan adik kedua ku, dia laki-laki, dipanggil Hasan. Bapak sering menguatkanku dengan keadaan ibu sekarang. Memberi pengertian tentang adik, sehingga saya tidak lagi membenci adik bontot lagi, bahkan seiring berjalannya waktu, aku merasa kasihan dan menjadi sangat sayang ke dia.  Masih kecil, tetapi tidak merasakan kasih sayang ibu seperti yang aku dan adik perempuan rasakan dulu.

Bagaimanapun bapak harus tetap bekerja. Mata pencaharian bapak satu-satunya adalah dari sawah, sehingga mau tidak mau, akulah yang pagi-pagi harus mengurus adik ke duaku yang saat ini sudah menginjak usia TK. Dikala bapak selepas subuh pergi ke sawah, adik perempuanku menyiapakan makanan untuk kami, dan saya mengurus adik untuk siap-siap berangkat sekolah. Sehingga setelah semua urusan beres, baru saya berangkat sekolah...itulah yang menyebabkan saya sering terlambat sekolah.

Aku adalah anak yang tetap punya mimpi dan keinginan, melihat keadaan keluarga yang seperti saat ini yang aku pikirkan hanya "semoga hidupku dan rejekiku lebih dari bapak, sehingga aku bisa membantu bapak dan adik-adik". Dengan keadaan keluarga yang seperti itu, saya tetap mengutamakan sekolah dan belajar, aku berusaha agar bisa berprestasi disekolah dan bisa menjadi contoh buat adik-adik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun